Revolusi Industri 4.0, Peluang dan Tantangan
Kamis, 22 Agustus 2019
Saat ini kita tengah memasuki era baru yaitu Revolusi Industri generasi ke empat, atau yang lebih dikenal dengan Revolusi Industri 4.0. Hal ini banyak ditandai dengan munculnya komputer mini dan super komputer, robot yang bisa mengerjakan pekerjaan manusia, kendaraan tanpa pengemudi serta perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk mengoptimalkan fungsi otak.
Sejarah Revolusi Industri 1.0 sampai dengan 3.0
Revolusi generasi pertama ini dimulai pada abad ke-18 yang ditandai dengan munculnya mesin yang menggantikan tenaga manusia dan juga hewan. Karena revolusi industri 1.0 ini rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat sebanyak 6 kali lipat.
Selanjutnya adalah revolusi generasi ke-2 atau 2.0, revolusi ini ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran (combustion chamber). Selain itu, revolusi ini juga ditandai dengan munculnya pesawat telepon, mobil dan juga pesawat terbang.
Untuk revolusi generasi ke-3 ini, ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan juga internet. Diketahui bahwa setelah terjadinya revolusi ini banyak perusahaan yang mengalami incumbent alias gulung tikar, karena besarnya perubahan yang terjadi pada konsumen akibat maraknya penggunaan teknologi digital dan juga internet.
Dan pada akhirnya tibalah pada masa generasi ke-4, yaitu era sistem otomatisasi dalam setiap aktivitas manusia. Teknologi internet yang masif tidak hanya menghubungkan manusia di seluruh dunia, tetapi juga menjadi basis bagi transaksi bisnis yang dilakukan secara online. Seperti munculnya Gojek dan Grab yang merupakan bisnis transfortasi online. Tidak dapat dipungkiri, bahwa revolusi industri ini merupakan sebuah perubahan yang sangat besar dan juga penting.
Bahkan isu mengenai revolusi industri ini pun sempat menjadi salah satu topik yang di dibahas dalam Debat Kedua Capres 2019 yang di gelar di Hotel Sultan pada hari Minggu, 17 February 2019.
Mengingat banyaknya aspek-aspek yang akan terkena dampak dari revolusi industri 4.0 ini, maka perlunya untuk kita semua mengetahui seperti apa peluang yang muncul dari adanya revolusi industri generasi ke empat ini dan apa saja tantangan yang akan kita hadapi.
Peluang dan Tantangan Revolusi Industri 4.0
Dapat kita ketahui bahwa revolusi industri generasi ke empat ini memberika peluang yang sangat luas bagi siapapun yang ingin maju. Ilmu pengetahuan dan juga perekenomian terus berkembang pesat seiring dengan melimpahnya informasi. Masyarakat pada era ini memiliki ketergantungan yang sangat besar dalam menggunakan teknologi informasi. Hal tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa saat ini, manusi memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi dengan smartphone nya.
Hal diatas lah yang dapat menjadi sebuah peluang baru, yaitu dengan bisnis digital yang memang saat ini tengah naik daun. Dimana saat ini, daya jangkau teknologi informasi tidak hanya berskala lokal tetapi juga bersakla global. Melalui internet pula, setiap infornasi yang ada dapat di akses ke seluruh penjuru dunia. Peluang lain yang bisa timbul akibat revolusi industri 4.0 ini adalah setiap orang dapat terlibat aktif untuk memberikan dan membagikan opini kepada pihak lain melalui media online. Hal tersebut dapat membuka peluang bagi masyarakat untuk memberikan opini positif tentang berbagai hal.
Melimpahnya informasi seperti di atas, tentunya tidak hanya memberikan dampak positif saja, melainkan juga terdapat dampak negatifnya. Yaitu kemampuan sesorang untuk mengolah pengetahuannya (knowledge) menjadi kearifan (wisdom) merupakan salah satu dampak negatif yang bisa saja timbul. Sebagai contoh, saat ini banyak sekali informasi-informasi bohong (hoax) yang dapat menyebarkan fitnah bahkan dapat menyebabkan terjadinya kegaduhan. Namun hal tersebut tidak akan terjadi jika penerima informasi tersebut telah memiliki kesadaran etis dalam menyaring informasinya.
Revolusi Industi generasi ke empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milenial. Direktur Jendral Pembinaan, Pelatihan dan Produktivitas Kemnaker Bambang Satrio Lelono menyampaikan, bahwa 57% pekerjaan yang ada saat ini akan tergantikan oleh robot.
Namun dibalik hilangnya beberapa pekerjaan akan muncul juga pekerjaan baru, bahkan jumlahnya diprediksi mencapai 65.000 pekerjaan. Sehingga yang harus dilakukan sekarang adalah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Pertanyaannya, apa saja yang harus kita sesuaikan?
Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada, salah satunya adalah pekerja harus memiliki kemampuan ynag tidak dimiliki oleh mesin. Seperti, kemampuan dalam memecahkan masalah atau kreativitas, dimana soft skill adalah kuncinya. Untuk terus bertahan, manusia harus memiliki soft skill seperti pemecahan masalah yang komplek, berfikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, kecerdasa emosional, pengambilan keputusa, negosiasi dan fleksibilitas kognitif.
Hal tersebut memiliki artian bahwa soft skill merupakan faktor penting untuk dimiliki oleh setiap pekerja di masa depan. Kesimpulannya sistem pendidikan yang ada pada saat ini, harus lebih menekankan pada pengembangan soft skill, selain dari pada keterampilan teknis, sehingga generasi milenial ke depannya dapat beradaptasi terhadap perubahan dan memiliki kemampuan ynag mumpuni untuk terus berkarir di tengah geliat Revolusi Industri 4.0.
Oleh : Rika Safitri (Mahasiswa STEI SEBI Depok)
Foto; steemit.com
Perkembanga ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi produksi dan informasi yang dilakukan secara otomatis. Dengan kata lain, mesin industri telah beralih dengan menggunakan sistem komputer, yang tentunya tidak lagi semuanyan dikendalikan oleh manusia. Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai revolusi industri 4.0, alangkah lebih baiknya kita mengetahui juga revolusi industri generasi ke 1 sampai dengan 3 agar dapat mengetahui seperti apa perkembnagan yang terjadi pada setiap tahapnya.Sejarah Revolusi Industri 1.0 sampai dengan 3.0
Revolusi generasi pertama ini dimulai pada abad ke-18 yang ditandai dengan munculnya mesin yang menggantikan tenaga manusia dan juga hewan. Karena revolusi industri 1.0 ini rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat sebanyak 6 kali lipat.
Selanjutnya adalah revolusi generasi ke-2 atau 2.0, revolusi ini ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran (combustion chamber). Selain itu, revolusi ini juga ditandai dengan munculnya pesawat telepon, mobil dan juga pesawat terbang.
Untuk revolusi generasi ke-3 ini, ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan juga internet. Diketahui bahwa setelah terjadinya revolusi ini banyak perusahaan yang mengalami incumbent alias gulung tikar, karena besarnya perubahan yang terjadi pada konsumen akibat maraknya penggunaan teknologi digital dan juga internet.
Dan pada akhirnya tibalah pada masa generasi ke-4, yaitu era sistem otomatisasi dalam setiap aktivitas manusia. Teknologi internet yang masif tidak hanya menghubungkan manusia di seluruh dunia, tetapi juga menjadi basis bagi transaksi bisnis yang dilakukan secara online. Seperti munculnya Gojek dan Grab yang merupakan bisnis transfortasi online. Tidak dapat dipungkiri, bahwa revolusi industri ini merupakan sebuah perubahan yang sangat besar dan juga penting.
Bahkan isu mengenai revolusi industri ini pun sempat menjadi salah satu topik yang di dibahas dalam Debat Kedua Capres 2019 yang di gelar di Hotel Sultan pada hari Minggu, 17 February 2019.
Mengingat banyaknya aspek-aspek yang akan terkena dampak dari revolusi industri 4.0 ini, maka perlunya untuk kita semua mengetahui seperti apa peluang yang muncul dari adanya revolusi industri generasi ke empat ini dan apa saja tantangan yang akan kita hadapi.
Peluang dan Tantangan Revolusi Industri 4.0
Dapat kita ketahui bahwa revolusi industri generasi ke empat ini memberika peluang yang sangat luas bagi siapapun yang ingin maju. Ilmu pengetahuan dan juga perekenomian terus berkembang pesat seiring dengan melimpahnya informasi. Masyarakat pada era ini memiliki ketergantungan yang sangat besar dalam menggunakan teknologi informasi. Hal tersebut dibuktikan dengan fakta bahwa saat ini, manusi memiliki tingkat ketergantungan yang sangat tinggi dengan smartphone nya.
Hal diatas lah yang dapat menjadi sebuah peluang baru, yaitu dengan bisnis digital yang memang saat ini tengah naik daun. Dimana saat ini, daya jangkau teknologi informasi tidak hanya berskala lokal tetapi juga bersakla global. Melalui internet pula, setiap infornasi yang ada dapat di akses ke seluruh penjuru dunia. Peluang lain yang bisa timbul akibat revolusi industri 4.0 ini adalah setiap orang dapat terlibat aktif untuk memberikan dan membagikan opini kepada pihak lain melalui media online. Hal tersebut dapat membuka peluang bagi masyarakat untuk memberikan opini positif tentang berbagai hal.
Melimpahnya informasi seperti di atas, tentunya tidak hanya memberikan dampak positif saja, melainkan juga terdapat dampak negatifnya. Yaitu kemampuan sesorang untuk mengolah pengetahuannya (knowledge) menjadi kearifan (wisdom) merupakan salah satu dampak negatif yang bisa saja timbul. Sebagai contoh, saat ini banyak sekali informasi-informasi bohong (hoax) yang dapat menyebarkan fitnah bahkan dapat menyebabkan terjadinya kegaduhan. Namun hal tersebut tidak akan terjadi jika penerima informasi tersebut telah memiliki kesadaran etis dalam menyaring informasinya.
Revolusi Industi generasi ke empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milenial. Direktur Jendral Pembinaan, Pelatihan dan Produktivitas Kemnaker Bambang Satrio Lelono menyampaikan, bahwa 57% pekerjaan yang ada saat ini akan tergantikan oleh robot.
Namun dibalik hilangnya beberapa pekerjaan akan muncul juga pekerjaan baru, bahkan jumlahnya diprediksi mencapai 65.000 pekerjaan. Sehingga yang harus dilakukan sekarang adalah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Pertanyaannya, apa saja yang harus kita sesuaikan?
Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada, salah satunya adalah pekerja harus memiliki kemampuan ynag tidak dimiliki oleh mesin. Seperti, kemampuan dalam memecahkan masalah atau kreativitas, dimana soft skill adalah kuncinya. Untuk terus bertahan, manusia harus memiliki soft skill seperti pemecahan masalah yang komplek, berfikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, kecerdasa emosional, pengambilan keputusa, negosiasi dan fleksibilitas kognitif.
Hal tersebut memiliki artian bahwa soft skill merupakan faktor penting untuk dimiliki oleh setiap pekerja di masa depan. Kesimpulannya sistem pendidikan yang ada pada saat ini, harus lebih menekankan pada pengembangan soft skill, selain dari pada keterampilan teknis, sehingga generasi milenial ke depannya dapat beradaptasi terhadap perubahan dan memiliki kemampuan ynag mumpuni untuk terus berkarir di tengah geliat Revolusi Industri 4.0.
Oleh : Rika Safitri (Mahasiswa STEI SEBI Depok)