Sejarah Tradisi Malam Mingguan
Selasa, 27 Agustus 2019
Sejarah Tradisi Malam Mingguan. Malam minggu adalah tradisi di Indonesia bahkan di seluruh dunia yang merupakan malam dimana untuk melepaskan penat dari aktifitas rutin seperti belajar dan bekerja. Ada yang menghabiskan malam minggunya bersama pacar, teman, atau keluarga.
Lalu, mengapa harus malam minggu?
Membicarakan tradisi malam minggu tidak bisa dilepaskan dari penetapan hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur di berbagai negara. Zaman dulu waktu libur beraktifitas di tiap negara berbeda-beda. Ada yang hari Jumat seperti kebanyakan daerah jazirah Arab, Afrika, dan sebagian wilayah Eropa serta Asia yang diduduki Turki (Ottoman). Untuk wilayah Amerika, Eropa dibawah Britania Raya serta wilayah Eropa lainnya, seperti Belanda, Perancis dan Jerman, libur dalam 1 minggu hanya sekali, yaitu hari Minggu. Termasuk di Indonesia, lepas dari penjajahan perusahaan VOC karena bangkrut pada tahun 1799, Indonesia jatuh ke tangan kerajaan Belanda pada tahun 1800.
Karena hari libur di Belanda adalah hari Minggu, maka sistem itu ditetapkan pula untuk wilayah Indonesia. Gerakan penuntutan libur di hari Sabtu dan Minggu sendiri dimulai pada tahun 1908 di Amerika Serikat oleh para serikat buruh pabrik kapas beragama Yahudi sebab mereka terkendala untuk melakukan ibadah di hari Sabtu (Sabat). Arus desakan buruh ini diikuti oleh Henry Ford, pemilik pabrik otomatif mobil Ford. Ia mulai menutup pabriknya dan meliburkan pegawainya pada hari Sabtu dan Minggu di tahun 1928.
Pada tahun 1929, serikat buruh pakaian Almagmated yang merupakan serikat buruh pertama di Amerika, menuntut dan menerima lima hari kerja setiap minggunya, serta mendapatkan libur di hari Sabtu dan Minggu. Selebihnya, sisa pabrik di Amerika masih belum serempak mengenai hari libur. Ada yang menetapkan hari Minggu dan ada yang memakai cara lama yaitu libur dengan hari yang acak bagi tiap-tiap pegawai. Barulah pada tahun 1938, pemerintah Amerika mengeluarkan Undang-Undang Standar jam kerja buruh beserta liburnya.
UU tersebut mengamanatkan maksimal 40 jam kerja setiap minggu, serta menetapkan Sabtu dan Minggu sebagai hari libur bersama yang ditetapkan secara nasional. Seiring penetapan UU tersebut, perlahan saat Sabtu malam atau malam Minggu itu tiba, digunakan para buruh pabrik untuk melepas penat mereka dengan bersenang-senang bersama keluarga dan teman mereka, dampaknya industri hiburan seperti bar, bioskop, diskotik, dan lain-lain mulai berkembang. Sementara untuk waktu berpacaran umumnya para anak muda di Amerika menggunakannya di Jumat malam atau malam Sabtu dengan istilah Friday Night.
Berbeda dengan kita disini, yang melakukannya di Sabtu malam atau malam Minggu. Setelah ditetapkannya UU tersebut, para karyawan di industri-industri Amerika memiliki waktu luang untuk bersenang-senang dan bersantai. Hal ini berdampak pada meningkatnya kinerja mereka sehingga produktivitas perindustrian di Amerika menjadi sangat baik. Melihat kemajuan industri di Amerika dengan penerapan jam kerja seperti itu, mulai dari 1940-1960, makin banyak negara mengadopsi akhir pekan Sabtu dan Minggu sebagai hari libur.
Begitupun dengan Indonesia. Setelah merdeka, Indonesia mengadopsi sistem Belanda, yaitu libur di hari Minggu untuk pekerja dan pelajar, sementara untuk BUMN dan Swasta diserahkan kepada kebijakan masing-masing lembaga dan perusahaan.
Untuk tradisi malam mingguan di Indonesia sendiri mulai menyebar luas dari kota sampai ke desa-desa pada tahun 1973 seiring membaiknya perekonomian Indonesia di zaman orde baru yang berimbas membaik pula perekonomian masyarakat saat itu. Tidak dipungkiri, baik dari zaman kolonial maupun zaman orde lama, tradisi malam mingguan memang sudah ada.
Namun sifatnya tidak merata disebabkan pemerataan ekonomi belum optimal. Biasanya tradisi malam mingguan hanya dilakukan di wilayah perkotaan oleh kalangan menengah keatas. Maka lebih tepatnya di saat orde baru mulailah para pekerja maupun muda-mudi lainnya menghabiskan malam minggu bersama keluarga, pacar, maupun teman. Dampaknya pun sama. Mulai dari tahun 1973, industri hiburan di Indonesia mulai marak dan menyebar di seluruh wilayah.
Terkait soal kewajiban saat malam mingguan seorang cowok saat apel ke rumah pacarnya dengan membawa martabak atau atau makanan lainnya, belum bisa dipastikan kapan tradisi bawa martabak tersebut dimulai dan siapa yang memulainya.
Penulis; Luthfiya Rifqoh
Pekerjaan : Mahasiswa STEI SEBI
Sumber buku:
Kebudayaan Barat dan Kesejateraan Umat Manusia, karya Maryam Jamilah, terbitan Integrita Press tahun 1985
The First American Industrial Revolution(Format PDF) karya Charles Morris terbitan Public Affairs tahun 2014
Artikel yang membahas hari libur Sabtu dan Minggu https://www.theatlantic.com/magazine/archive/1991/08/waiting-for-the-weekend /376343/
Sejarah Tradisi Malam Mingguan
Tradisi Malam Mingguan Di Kalangan Remaja
Lalu, mengapa harus malam minggu?
Membicarakan tradisi malam minggu tidak bisa dilepaskan dari penetapan hari Sabtu dan Minggu sebagai hari libur di berbagai negara. Zaman dulu waktu libur beraktifitas di tiap negara berbeda-beda. Ada yang hari Jumat seperti kebanyakan daerah jazirah Arab, Afrika, dan sebagian wilayah Eropa serta Asia yang diduduki Turki (Ottoman). Untuk wilayah Amerika, Eropa dibawah Britania Raya serta wilayah Eropa lainnya, seperti Belanda, Perancis dan Jerman, libur dalam 1 minggu hanya sekali, yaitu hari Minggu. Termasuk di Indonesia, lepas dari penjajahan perusahaan VOC karena bangkrut pada tahun 1799, Indonesia jatuh ke tangan kerajaan Belanda pada tahun 1800.
Karena hari libur di Belanda adalah hari Minggu, maka sistem itu ditetapkan pula untuk wilayah Indonesia. Gerakan penuntutan libur di hari Sabtu dan Minggu sendiri dimulai pada tahun 1908 di Amerika Serikat oleh para serikat buruh pabrik kapas beragama Yahudi sebab mereka terkendala untuk melakukan ibadah di hari Sabtu (Sabat). Arus desakan buruh ini diikuti oleh Henry Ford, pemilik pabrik otomatif mobil Ford. Ia mulai menutup pabriknya dan meliburkan pegawainya pada hari Sabtu dan Minggu di tahun 1928.
Pada tahun 1929, serikat buruh pakaian Almagmated yang merupakan serikat buruh pertama di Amerika, menuntut dan menerima lima hari kerja setiap minggunya, serta mendapatkan libur di hari Sabtu dan Minggu. Selebihnya, sisa pabrik di Amerika masih belum serempak mengenai hari libur. Ada yang menetapkan hari Minggu dan ada yang memakai cara lama yaitu libur dengan hari yang acak bagi tiap-tiap pegawai. Barulah pada tahun 1938, pemerintah Amerika mengeluarkan Undang-Undang Standar jam kerja buruh beserta liburnya.
Sejarah Tradisi Malam Mingguan yang tenar sampai sekarang
UU tersebut mengamanatkan maksimal 40 jam kerja setiap minggu, serta menetapkan Sabtu dan Minggu sebagai hari libur bersama yang ditetapkan secara nasional. Seiring penetapan UU tersebut, perlahan saat Sabtu malam atau malam Minggu itu tiba, digunakan para buruh pabrik untuk melepas penat mereka dengan bersenang-senang bersama keluarga dan teman mereka, dampaknya industri hiburan seperti bar, bioskop, diskotik, dan lain-lain mulai berkembang. Sementara untuk waktu berpacaran umumnya para anak muda di Amerika menggunakannya di Jumat malam atau malam Sabtu dengan istilah Friday Night.
Berbeda dengan kita disini, yang melakukannya di Sabtu malam atau malam Minggu. Setelah ditetapkannya UU tersebut, para karyawan di industri-industri Amerika memiliki waktu luang untuk bersenang-senang dan bersantai. Hal ini berdampak pada meningkatnya kinerja mereka sehingga produktivitas perindustrian di Amerika menjadi sangat baik. Melihat kemajuan industri di Amerika dengan penerapan jam kerja seperti itu, mulai dari 1940-1960, makin banyak negara mengadopsi akhir pekan Sabtu dan Minggu sebagai hari libur.
Begitupun dengan Indonesia. Setelah merdeka, Indonesia mengadopsi sistem Belanda, yaitu libur di hari Minggu untuk pekerja dan pelajar, sementara untuk BUMN dan Swasta diserahkan kepada kebijakan masing-masing lembaga dan perusahaan.
Untuk tradisi malam mingguan di Indonesia sendiri mulai menyebar luas dari kota sampai ke desa-desa pada tahun 1973 seiring membaiknya perekonomian Indonesia di zaman orde baru yang berimbas membaik pula perekonomian masyarakat saat itu. Tidak dipungkiri, baik dari zaman kolonial maupun zaman orde lama, tradisi malam mingguan memang sudah ada.
Namun sifatnya tidak merata disebabkan pemerataan ekonomi belum optimal. Biasanya tradisi malam mingguan hanya dilakukan di wilayah perkotaan oleh kalangan menengah keatas. Maka lebih tepatnya di saat orde baru mulailah para pekerja maupun muda-mudi lainnya menghabiskan malam minggu bersama keluarga, pacar, maupun teman. Dampaknya pun sama. Mulai dari tahun 1973, industri hiburan di Indonesia mulai marak dan menyebar di seluruh wilayah.
Terkait soal kewajiban saat malam mingguan seorang cowok saat apel ke rumah pacarnya dengan membawa martabak atau atau makanan lainnya, belum bisa dipastikan kapan tradisi bawa martabak tersebut dimulai dan siapa yang memulainya.
Penulis; Luthfiya Rifqoh
Pekerjaan : Mahasiswa STEI SEBI
Sumber buku:
Kebudayaan Barat dan Kesejateraan Umat Manusia, karya Maryam Jamilah, terbitan Integrita Press tahun 1985
The First American Industrial Revolution(Format PDF) karya Charles Morris terbitan Public Affairs tahun 2014
Artikel yang membahas hari libur Sabtu dan Minggu https://www.theatlantic.com/magazine/archive/1991/08/waiting-for-the-weekend /376343/