Hipotesis : Pengertian, Definisi dan Contoh (Lengkap)
Selasa, 07 Januari 2020
Mediasiana.com - Pengertian Hipotesis , Definisi Hipotesisi dan Contoh Hipotesisi. Kata Hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Secara keseluruhan berarti di bawah kebenaran, kebenaran yang berada di bawah (belum tentu benar), dan baru diangkat menjadi kebenaran kalau sudah disertai bukti-buktinya. Kemudian cara penulisannya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Pengertian Hipotesis Menurut Para Ahli
- Menurut Mc Guigan dalam Wagiran (2010) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji mengenai hubungan potensial antara dua atau lebih variabel.
- Menurut Sugiyono (2010) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang belum tentu kebenarannya dan akan menjadi benar apabila sudah ada bukti-buktinya.Dalam bentuk sederhana, hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel dalam suatu persoalan. Hipotesis tersebut kemudian diuji dalam penelitian.
Oleh karenanya, hipotesis diajukan sebagai saran pemecahan/penyelesaian bagi masalah itu, dengan pengertian bahwa penyelidikan selanjutnyalah yang akan membenarkan atau menolaknya. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian kuantitatif Tidak harus semua penelitian memiliki hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada hubunganantara dua variabel atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini maka mereka hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika penelitian tersebut mengandung satu variabel.
Ini sebaiknya tidak dibalik dengan berkesimpulan bahwa semua penelitian hanya mengandung satu variabel saja dalam penelitiannya boleh juga mengajukan hipotesis. Hipotesis dibuat karena dua alasan:
- Hipotesis yang mempunyai dasar kuat yang menunjukan bahwa peneliti telah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan penelitian di bidang reesebut
- Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukan prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan.
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan sebelumnya. Selanjutnya, hipotesis statistic itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, makatidak ada hipotesis statistic.
Macam-macam Hipotesis Statistik
Hipotesis dapat dibedakan berdasarkan bagaimana mendapatkannya (induktif vs deduktif), atau bagaimana mereka merumuskannya (deklaratif vs nol hipotesis). Hipotesis induktif merupakan sebuah generalisasi yang didasarkan dari suatu observasi. Hipotesis deduktif diturunkan dari teori yang ada dan memotivasi melakukan penelitian lanjutan.
Cara Merumuskan Hipotesis
- Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat dan jelas.
- Hipotesis dinyatakan dalam kalimat deklaratif.
- Hipotesis harus dengan nyata menunjukan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel
- Hipotesis harus didukung dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
- Dapat diuji
Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian
- Sugiyono (2010:100-106),bentuk-bentuk hipotesis sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian.
- Wagiran (2013:115-119), menjelaskan bahwa bentuk rumusan hipotesis penelitian akan sangat tergantung dari rumusan masalah.
Menurut Sugiyono (2010:100-106), hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif, dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementaraterhadap masalah asosiatif .
a. Hipotesis Deskriptif
Adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dituliskan.
Contoh:
1) Hipotesis penelitian
H0: Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri paling sedikit 75% dari kriteria yang ditetapkan (paling sedikit berarti lebih dari atau sama dengan ≥).
Ha: Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri < 75% dari kriteria yang ditetapkan.
2) Hipotesis statistic
H0 = p ≥ 75%
H0 = p < 75%
b. Hipotesis Komparatif
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
Bentuk hipotesis komparatifnya dapat dikemukakan dalam bentuk hipotesis nol dan hipotesis alternative sebagai berikut.
H0: Hasil belajar siswa SMA X lebih dariatau sama dengan (≥)SMA Y.
Ha : Hasilbelajar siswa SMA X lebih kecil dari (<) SMA Y.
c. Hipotesis Asosiatif Hubungan
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan antara dua variabel atau lebih.
Contoh:
Ada hubungan positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
Apakah Semua Penelitian Harus Berhipotesis ?
Berikut beberapa pendapat tentang apakah semua penelitian harus berhipotesis:
1). Wagiran (2013, 101), “tidak harus semua penelitian menggunakan hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada hubungan antara dua variable atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini, maka mereka hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya”. Menurut beliau dari pengertian tersebut, sebaiknya jangan berkesimpulan bahwa penelitian yang hanya mengajukan satu variable saja dalam penelitiannya boleh juga menggunakan hipotesis.
2). Suharsimi Arikunto (Edisi Revisi 2010),”untuk menjawab atas pertanyaan ini kita tidak boleh berpikir pada hal yang benar secara mutlak dan tidak benar secara mutlak”. Pendapat pertama, semua penelitian itu harus berhipotesis, pendapat kedua, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukan hubungan antara dua variable atau lebih.
3). Sugiyono (2010), penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.
4). Maxwell (1996) dalam A. Chaedar Alwasilah (2003,132) mengemukakan “sebenarnya, ada yang lebih prinsipil ketimbang penamaan, yakni karakteristik kualitatif, yaitu bahwa hipotesis itu pada umumnya diformulasikan setelah peneliti memulai penelitian; hipotesis itu dilandaskan pada data dan dikembangkan melalui interaksi dengan data, bukannya sebagai gagasan atau jawaban jawaban pendahuluan yang di tes lewat data.
Bagaimana Ciri-Ciri Hipotesis yang Baik ?
Dalam merumuskan hipotesis, hendaknya hipotesis tersbut dapat memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data. Berikut ciri-ciri hipotesis yang baik:
1). Wagiran (2010)
- Hipotesis yang baik adalah yang rumusannya mudah dipahami paling tidak memuat variable-variabel permasalahan penelitian
- Hipotesis hendaknya memuat nilai prediktif dan bersifat konsisten
- Hipotesis harus dapat diuji
2). Sugiyono (2010)
- Merupakan dugaan terhadap keaadaan variable mandiri, perbandingan keadaan variable pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan terhadap hubungan antara dua variable atau lebih
- Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran
- Dapat diuju dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah