Pemuda Kelapa Menggapai Mimpi
Sabtu, 16 Mei 2020
Kisah Anak Desa yang berusaha mewujudkan impiannya - Remaja laki-laki berbaju putih lusuh itu kukenal pada suatu malam yang dramatis nan logis. Dalam rintik hujan yang dingin, dia tengah berteduh sambil belajar mengerjakan tugas sekolahnya, memanfaatkan lampu depan teras rumahku yang terang benderang tidak seperti lampu depan rumahnya yang hanya disinari lampu “cempor” redup milik ayahnya, rumahnya terpaut satu bangunan dari rumahku.
Badan kurus, rambut hitam legam pendek ikal dan lentik bulu matanya dibiarkannya terhembus angin malam yang dingin, belum lagi baju putih lusuhnya terlalu tipis untuk bertahan dari angin malam dan rintik hujan pada malam itu, tapi tubuhnya tampak tak menggigil sama sekali. Seperti biasanya setiap sepertiga malam sehabis shalat tahajud dia membaca buku dan mengerjakan PR dari gurunya, dia telah menjadi pengajar cara membaca Al-Qur’an di mushola dan menjadi aktivis Pramuka disekolahnya.
Pemuda Kelapa Menggapai Mimpi
Kemudian aku menghampirinya dan melontarkan sebuah pertanyaan, “Abdul kok kamu menolak ajakan ibuku, kenapa? Apa kau tidak kedinginan malam-malam didepan teras rumahku, hujan lagi?” dia sontak menjawab “tidak” tolaknya pendek, kemudian berkata lagi ”terimakasih sebelumnya sudah menawarkan saya masuk, tapi sebentar lagi saya mau kepantai kok bu, mau mempersiapkan perbekalan berlayar, untuk mengadu nasib, melaut bersama paman, kan lumayan buat tambahan uang jajan mumpung masih liburan semester”, Abdul menjawab dengan lugas sambil tersenyum, tak lama kemudian pamannya datang untuk menjemput dan mengajaknya bergegas menangkap ikan menantang badai angin dan ombak yang besar dilaut demi sesuap nasi dan lembaran kertas.
139 Sehabis itu apabila hasil tangkapannya banyak mereka demikian kehidupannya berputar-putra monoton membentuk rantai kemiskinan, lantaran mimpi abdul untuk melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi dianggap terlalu ketinggian, salah satu temannya berkata.” Kamu ini dul orang gak punya saja sok-sok kan ingin kuliah, kuliah kan besar dananya dari mana kamu bayar biayanya nanti, hah?” Abdul menjawab “Loh bukannya setiap ada kemauan pasti ada saja jalannya ya? perihal dananya kan ada beasiswa atau nanti sambil bekerja paruh waktu gitu”, pekik suara kerabatnya menambahkan: “siapa suruh kamu miskin?” ujarnya sambil menarik jaring “purse seine net” yang berat dan panjang sekaligus menahan gerakan kapal naik turun akibat ombak dan badai angin yang menghantam dan menerjang kapal tersebut.
Abdulpun menjadi pincang sementara begitulah perjuangan abdul menggapai asa, walaupun sedang dilaut dia juga menyempatkan membaca buku-buku pelajaran sekolah dan taat beribadah demi menggapai cita-citanya menjadi seorang akademisi, diobatilah kakinya oleh tukang pijat urat syaraf tetangganya akhirnya Abdul sembuh bisa jalan kembali seperti semula dan tetap semangat menggapai cita-cita mulianya.
Abdul nama akrabnya begitu dia biasa dipanggil, tiap pagi selalu bangun terlebih dahulu sebelum seisi rumah dan tetangganya bangun, ia belajar dan kerjakeras untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang yang mampu memutuskan rantai kemiskinan dan mencerdaskan kehidupan bangsanya, ia juga menginginkan menjadi seorang yang berpengaruh pada perubahan negerinya yang lebih baik dan menorehkan sebuah catatan kebaikan dilembar-lembar sejarah peradaban manusia, mampu menebarkan manfaatnya kepelosok negeri ya, dia bermimpi menjadi seorang ahli sekaligus akademisi yang peduli akan prestasi dan kompetisi negeri paada kancah internasional.
Setiap malam dia bangun ketika orang-orang masih terlelap tidur pulas dengan kehangatan selimut yang lembut dan bantal guling yang empuk dia mengambil wudhu dan tahajud bersimpuh kepada Tuhan mengadu keluh kesahnya, suka dan dukanya, semoga dikuatkan pundaknya karena cobaan dan ujian kehidupan yang penuh dengan air mata, aku memanggilnya pemuda kelapa karena dia aktif pramuka dari SD sampai SMA kebermanfaatannya bagaikan pohon kelapa yang dari akar, batang hingga daunnya itu bermanfaat semua dari akarnya bisa menjadi bahan bakar untuk memasak, batang pohon kelapa juga bisa menjadi fondasi sekaligus tiang rumah warga sekitar, daunnya pun dijadikan bungkus serta simbol di hari raya umat muslim belum lagi buahnya yang kaya akan manfaat bagi kesehatan tubuh.
Bahkan dia sampai mengikuti pelantikan BANTARA (Bantuan Tangan Rakyat) tingkatan pramuka yang sulit untuk mencapainya, dia lahir diwaktu fajar ketika ayahnya sedang bersimpuh kepada Tuhannya dan mengingatkan warga sekitar agar segera menunaikan ibadah shalat shubuh berjamaah dan dibulan yang mulia berkat usahanya, serta do’a kedua orangtuanya dia bisa melanjutkan sekolah kejenjang SMA setelah kakaknya Anto hanya sampai SMP dan les bahasa inggris untuk bekerja diluar negeri, Abdul penerima beasiswa dari SMA hingga ke perguruan tinggi dilahirkan dari keluarga ekonomi menengah kebawah, ayah dan kakaknya adalah pahlawan devisa negara yang bekerja sebagai TKI(Tenaga Kerja Indonesia) sebagai ABK (Anak Buah Kapal) pun ibunya sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) dan adik perempuannya masih kelas 2 SD patut disyukuri ketekunan Abdul laksana pelepas dahaga ditengah gurun pasir yang panas dikehidupan keluarganya hidup didaerah pesisir membuatnya harus ekstra lebih keras dalam menggapai mimpinya karena pola pikir masyarakat nelayan yang keliru tentang pendidikan.
Abdul telah menghancurkan keterbatasannya mampu menjadi solusi dari keluarga yang notabenenya adalah keterbatasan ekonomi, pasalnya ayahandanya sebagai anak pertama itu tidak lulus SD lantaran ketika kelas 3 disuruh melaut untuk menafkahi kelima adik perempuannya oleh kedua orangtuanya, begitupun ibunya tak jauh berbeda tidak lulus SD hanya sampai kelas 5 karena tuntutan ekonomi memaksa ibunya tak lulus SD karena tak mampu untuk membeli baju seragam, dan biaya sekolah yang mahal, ibunya pernah bilang bahwa alih-alih mengadu kepada orang tua untuk dibelikan baju seragam baru malahan disuruh berhenti sekolah dan menjadi petani seperti kedua orang tuanya, bahkan yang ibunya pernah mengenakan seragam yang tak layak pakai, sobek dibagian lengannya sungguh malang nasib ibunya akan tetapi kedua orang tuanya agar abdul tidak seperti kedua orang tuanya terlebih ayahnya yang begitu betekad keras agar memperbaiki kualitas bukan hanya mementingkan keluarga kecilnya akan tetapi ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsanya.
Setelah pulang melaut berbincang-bincang dengan keluarga dirumah berharap ayahnya pulang membawa bungkusan nasi beserta lauknya untuk meredakan rasa lapar yang tak tertahankan, ayahnya sejak habis shalat shubuh langsung bergegas dengan “Torca”(motor becak)nya menuju tempat mangkal di pasar tradisional sekitar 3 km dari rumahnya.
Tiap pagi ayahnya pak Adi menunggu penumpang langganannya siswa SD dan SMP serta penumpang lain, ayahnya adalah mantan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang sudah dari kecil menjadi nelayan bahkan rute berlayarnya sudah dari sabang hingga merauke, aceh hingga pelosok negeri sampai- sampai keluar negeri untuk mencari nafkah kemudian pada tahun 2015 akhir hingga awal tahun 2016 Abdul Ujian Nasional dan ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi diguncangkannya dia mendengar jeritan seorang wanita tetangganya dengan lantang sampai menembus tiga rumah “Tolong!!! Adi....! kalo begini mah Adi bakal mati”teriaknya histeris sambil menggerak-gerakan kaki ketanah, Abdul dipanggil oleh pamannya penuh kecemasan dan kekhawatiran.
Tiap pagi ayahnya pak Adi menunggu penumpang langganannya siswa SD dan SMP serta penumpang lain, ayahnya adalah mantan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang sudah dari kecil menjadi nelayan bahkan rute berlayarnya sudah dari sabang hingga merauke, aceh hingga pelosok negeri sampai- sampai keluar negeri untuk mencari nafkah kemudian pada tahun 2015 akhir hingga awal tahun 2016 Abdul Ujian Nasional dan ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi diguncangkannya dia mendengar jeritan seorang wanita tetangganya dengan lantang sampai menembus tiga rumah “Tolong!!! Adi....! kalo begini mah Adi bakal mati”teriaknya histeris sambil menggerak-gerakan kaki ketanah, Abdul dipanggil oleh pamannya penuh kecemasan dan kekhawatiran.
Abdul meminta pertolongan kepada warga sekitar dengan deraian demi deraian air mata mengetuk pintu demi pintu warga sekitar agar mau mengantarkan ayahnya kerumah sakit, dengan melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri ayahnya jatuh dari lantai 2 TPI (Tempat Pelelangan Ikan) keluar darah dari mulutnya akibat berbenturannya bibir atas dan bawah dengan gigi, lantai yang berpasir.
Yang patut diteladani dari sang ayah abdul dan Abdul adalah tekad serta cita-citanya selalu ingin menjadikan anaknya harus lebih baik dari kondisi ayahnya, ketika ayahnya menjadi seorang nelayan beliau menginginkan anak nya menjadi lebih baik dengan menjadi yang dapat memberdayakan nelayan, Abdul pun masuk ke Perguruan Tinggi Negeri dan diterima dengan tanpa dipungut biaya, Abdul pun masuk Perguruan Tinggi Negeri dengan susah payah dari pemberkasan sampai improvement pengawas, ya Abdul keterima beasiswa Bidik Misi.
“Pak Alhamdulilah saya lolos beasiswa dan masuk Unpad setelah menjalani rangkaian-rangkaian pendaftaran bidik misi maupun Unpad, setelah perankingan pararel sekolah sampai prestasi ekstrakurikuler tingkat provinsi”, ujar Abdul dengan tersenyum kepada bapaknya.” Alhamdulilah ya dul harapan kamu buat kuliah terwujud”, Ayahnya berkata sambil menepuk pundak Abdul, isak tangis bahagia ayahnya yang menginginkan abdul harus lebih baik dari kondisinya sebagai nelayan kini telah menjadi kenyataan.
Setelah masuk empat semester menimba ilmu di Unpad, Abdul pun mampu menjuarai perlombaan tingkat nasional, mendirikan perpustakaan jalanan sampai mengadakan try-out SBMPTN dan mengabdi kepada daerah asalnya dengan memberikan jalan adik-adik sedaerahnya, ketika semester lima Abdul masuk beasiswa juga yaitu Rumah Kepemimpinan dimana dia dibina, ditempa agar menjadi pemimpin berintegritas dan profesional, disuatu hari agenda rumah kepemimpinan ada agenda untuk pergi ke korea dan memenuhi pencapaian standar capaian-capaian Rumah Kepemimpinan, dia mengikuti perlombaan cerpen, lomba caption dan lomba SDG’s agar bisa mewujudkan mimpinya ke korea, karena dilihat dari keluarganya yang notabene ke luar negeri untuk bekerja semoga Abdul kekorea agar bisa menimba ilmu dan berelasi sehingga dia dapat menebar manfaat lebih luas dan menjadi manusia global, agar visinya ingin mencerdaskan kehidupan bangsa dan memutus rantai kemiskinan.
Seraya dia berdo’a “Ya Rabbi kupasrahkan apa yang terjadi atas diriku pada-Mu. Tolong lapangkan hatiku. Beri aku kesabaran tanpa batas. Beri aku ketabahan atas semua yang menimpaku. Jika memang ini jalan yang harus kutempuh untuk kebaikanku, tolong tawarkan segala resahku dan semoga hamba mampu memutus rantai kemiskinan dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta berguna bagi nusa dan agama hamba Ya Allah aamin. Pinta pemuda itu dalam sujud panjangnya.
Judul Paten : Pemuda Kelapa Menggapai Mimpi
Penulis : Achmad Yani
Buku : Rangkaian Titik Kehidupan
Buku : Rangkaian Titik Kehidupan