20 Puisi Tentang Indonesia : Budaya, Keindahan, Kemerdekaan dan Persatuan
Selasa, 26 Mei 2020
Puisi Tentang Indonesia : Budaya, Keindahan, Kemerdekaan dan Persatuan akan coba saya sajikan dalam kesempatan kali ini. Puisi adalah salah satu karya sastra lama yang masih tetap bertahan hingga sekarang. Meskipun banyak bemunculan kegiatan-kegiatan baru dari kalangan generasi bangsa berpuisi nampaknya masih menjadi idola bagi mereka. Terbukti masih sering saya temui perlombaan-perlombaan cipta puisi yang di selenggarakan secara online. Bahkan ada hadiahnya sampai jutaan rupiah.
Dengan berpuisi maka kita bisa meluapkan isi hati dan menggambarkannya dengan sebuah bait kata yang indah dan penuh makna. Berpuisi juga dapat menjadikan kita lebih semangat dan mengahayati arti kehidupan. Maka tak heran seorang seniman sastra hebat dalam berpuisi mereka merangkai demi bait sesuai dengan isi hati dan mata yang mereka lihat.
Ketika melihat alam nan hijau maka puisi anugerah dan pujian yang terpanjatkan, kalau melihat alam yang rusak maka puisi sedih penuh meratap yang dibuat dan sebagainya. Nah, buat sahabat mediasiana yang saat ini sedang mencari contoh puisi tentang Indonesia berikut telah saya sajikan kumpulan puisinya yang bisa sahabat simak, maka dari itu mari kita baca kumpulan puisinya berikut ini.
Kumpulan Puisi Tentang Indonesia :
Puisi Ironi Negeri ini
Oleh : Laksanak Rida
Kadang kita mesti
Heran sendiri
Hidup di negeri
Yang rajin sekali
Sebagai ilustrasi
Perguruan tinggi
Mensyarati
Mahasiswa mahasiswi
Yang belum usai
Mengikuti proses edukasi
Mesti
Meregistrasi lebih dini
Melalui rapor asli
Disertai
Surat keterangan lulus yang difotokopi
Dan dilegalisasi
Tidak peduli
Ijazah asli
Belum tertulisi
Maupun tertandatangani
Suatu ironi
Setidaknya sampai
Hari ini
PUISI INDONESIAKU
Karya : Anes Moca
Kuikrarkan sumpahku
Padamu Indonesiaku
Jiwaku dan segalaku untukmu
Demi menjunjung tinggi kehormatanmu
Wahai para pemuda pendahulu
Sumpahmu abadi dalam jiwaku
Meraung keras di seluruh penjuru
Kobarkan semangat demi Indonesiaku
Kini amanatmu tertanam di jiwaku
Untuk melanjutkan perjuanganmu
Mewujudkan bangsa yang bersatu
Demi negara tercinta Indonesiaku
PUISI KAU INDONESIAKU
Oleh: Jagad Kelana
Merah putihku
Dalam darahku mengalir merahmu
Dalam tulangku tertanam putihmu
Dalam jiwaku berkibar benderamu
Dalam hatiku tertancap janji setiaku
Garudaku
Matamu pisau
Lumpuhkan derap kaki musuh-musuh bangsa
Sayapmu berwibawa
Membungkam mulut-mulut penghianat
Merah putihku
Berkibarlah!
Tunjukkan pada mereka
Bahwa kau bukan sekedar kain yang mudah diinjak-injak oleh kaki-kaki bengis para penjajah
Garudaku
Terbanglah!
Tunjukkan pada mereka
Bahwa kau bukanlah burung pipit yang hanya dipandang sebelah mata
Indonesiaku
Ribuan desing peluru tak dapat palingkan kami dari dirimu
Gelegar bom takkan membuat kami lari meninggalkanmu
Di bawah panji merah putih kami berjanji setia selalu
Dalam cengkeraman garudamu kami bersatu; berjanji, akan selalu menjaga wibawamu
MENJAGA INDONESIA
Oleh : Raudah Jambak
Mungkin tak pernah terpikirkan
entah berapa helai daun yang gugur di halaman rumah kita
dan membusuk, atau hangus begitu saja di gunungan sampah
yang berhari-hari kita biarkan. Pun, ketika ia terseret di arus banjir
dan terdampar di kehilangan pandangan kita
Adakah terbaca setumpukan debu
yang menebal di datar kaca jendela, bersebab
kemarau dan bising lalulalang jalan raya. Padahal
tanpa sadar ia selalu menari di hadapan kita, ketika kita
berpatut-patut diri sebelum berangkat kerja
Lalu sempatkah terhitung
berapa usia ruang depan rumah kita yang membiarkan
tetamu datang dan pergi, serta gelas yang terjatuh dikarenakan
keriangan anak-anak berkejaran di seputar meja. Termasuk perempuan
yang kemudian dikatakan istri, dikatakan ibu, berebut kisah laksana setrika, selalu berpindah
dari kasur, dapur dan sumur. Juga lelaki yang tercatat sebagai suami, tercatat sebagai bapak
memungut kisah dari rumah sampai rumah
begitulah Indonesia
ia menyediakan diri sebagai apa saja
dan mungkin tak pernah terpikirkan, terbaca, atau terhitung
tentang daun-daun, debu atau justru sebagai rumah, tempat orang-orang
memungut istrirah
Indonesia adalah rumah kita
yang penuh dengan sesak sampah
yang penuh dengan riuh debu-debu
yang penuh dengan tamu-tamu
datang dan pergi
Indonesia adalah rumah kita
yang berpagar, yang berubah-ubah warna dindingnya
yang bagian-bagiannya dihancurkan kemudian
dibangun kembali
Indonesia adalah rumah kita
yang menyimpan begitu banyak cerita
dan sepatutnyalah kita
jaga
MASIH MERDEKAKAH KAU INDONESIA?
Oleh : Raudah Jambak
Masih merdekakah kau Indonesia
setelah kau rajut usia dari debu-debu jalan raya
dalam kaleng rombeng
recehan angka milik pengemis belia
yang mendendangkan kidung lara
bersama hembusan dupa dari opelet tua
masih merdekakah kau Indonesia
ketika musyawarah berubah dari mufakat
menjadi siasat
ketika wakil rakyat lebih mewakili penjahat
ketika gedung dewan lebih mirip kandang hewan
dan ketika pejabat negara tega menjadi pengkhianat bangsa
Masih merdekakah kau Indonesia
dalam kemerdekaan yang kau sendiri tak paham maknanya
karena matamu telah dibutakan
dan mulutmu disekat rapat-rapat
serta telinga cuma sekedar bunga tanpa rupa
Masih merdekakah kau Indonesia
padahal telah banyak disumbangkan darah dan air mata
dan berjuta nyawa yang akhirnya cuma sekedar wana luka
Masih merdekakah kau Indonesia?
INDONESIA BERKACA
Oleh : Raudah Jambak
telah lama indonesia terjebak dalam buramnya
kotak kaca, mulai dari wajah yang berdebu, sampai
tiga dimensi yang kaku, parabola tak lagi berguna
dikalahkan kecanggihan batok kelapa-
kejahatan, penipuan, kemunafikan-berlomba menjadi
pelaku utama-sementara kejujuran, keikhlasan,dan
kesabaran-cukup puas sebagai figuran biasa
telah lama indonesia terjebak dalam kumuhnya
media masa, mulai dari wajah yang penuh darah,
sampai bibir merah penuh gairah, headline kemanusiaan tak lagi berguna, politik haus kekuasaan di atas
segalanya-korupsi, prostitusi, anti ideologi-menjadi berita terkini-sementara harkat, martabat, dan
nurani-hanya penghias demi investasi
telah lama indonesia terjebak di atas panggung sandiwara, yang selalu kehilangan penonton setia
mulai dari fans tiba-tiba, sampai kelas utama
tiket pertunjukan tidak lagi berguna, sebab
undangan gagal membawa marwah cerita-pemain, penata, dan sutradara-saling curiga dengan honor
yang diterima-sementara proyek, eksebisi, dan
pertunjukan dalam rangka-menjadi penentu final
dalam berkarya
lihatlah aceh, ambon dan papua
lihatlah korupsi, prostitusi dan manipulasi negri
lihatlah segala amoral dan asusila
anak-anak bangsa
apa khabar munir yang menunggang garuda
apa khabar harry roesli dengan drs. arief-nya
apa khabar peter white dan sepakbola indonesia
apa khabar sby bersama seratus harinya
apa khabar hamid jabbar yang selalu menzikirkan puisinya, selalu tertawa gembira-walau dalam tangis indonesia
apa khabar tsunami yang selalu meneteskan
air mata
do'a takjim buat saudara-saudaraku,
yang mengawang di bukit lawang, menanam pusara badan di kuningan, menyerah di bandara adi sumarmo yang
gelisah, ambruk mengurusi nyamuk-nyamuk, menggigil digetarnya gempa tsunami
dan yang tiba-tiba pergi ke negeri entah
(tuhan mengarahkan langkah kalian menuju taman
di dalamnya mengalir sungai susu, tumbuh bunga-bunga indah, dan ranumnya beragam buah)
telah lama indonesia terjebak dalam lusuhnya cermin kaca, tapi yakinlah kami masih mampu
membaca makna-membersihkan wajah indonesia
indonesia bercermin
indonesia berkaca
dalam derita
kami akan terus berjuang untukmu
dalam bahagia
kami akan senantiasa mengharumkan
namamu,
indonesia berkaca-anak-anak bangsa berusaha
terangkai do'a, senantiasa
SEBAB PAHLAWAN NAMAKU
Oleh : Raudah Jambak
Di dalam negeri yang penuh rahasia, aku terlahir
Dari seorang ibu yang tak henti mengumpulkan
Segala tetes air mata di pualam pipinya
Tumbuh besar sampai sekarang menjaga usia
Setua misteri yang beralis segala teka teki
Dan memberi namaku Pahlawan
Bukan aku yang meminta nama segagah itu
Bukan aku yang memaksa untuk ditabalkan
Bukan aku yang terpaksa atau bahkan rela
Merengek-rengek agar semua orang tahu
Tidak ada Pahlawan selain aku
Aku tidak harus mati dulu
Apalagi mengumpulkan kartu tanda penduduk
Atau mengumpulkan kartu keluarga sekian ribu
Bahkan harus PEMILU agar ibu menuliskan
Kata Pahlawan di keningku
Ooi, Aku bangun jiwa raga ini
Aku bangun cita-cita ini
Aku bangun negeri ini
Dengan nurani
sebab pahlawan namaku
Ooi, Tak harus kutempuh cara yang sama
Tak harus kutempuh jalan membabi buta
Tak harus kutempuh menikung suka-suka
Tapi kususuri cara yang sesederhana jiwa
sebab pahlawan namaku
Ooi, Sebab aku terlahir
di dalam negeri penuh rahasia dari seorang ibu
yang tak henti mengumpulkan segala tetes air mata
di pualam pipinya,
Maka pahlawan namaku
Penutup
Nah, itulah kumpulan puisi tentang Indonesia yang dapat saya sajikan. Semoga pembahasan kali ini dapat bermanfaat bagi sahabat semua. Sekian dari saya, sampai jumpa lagi di pembahasan yang lainnya.
Puisi Tentang Indonesia
Dengan berpuisi maka kita bisa meluapkan isi hati dan menggambarkannya dengan sebuah bait kata yang indah dan penuh makna. Berpuisi juga dapat menjadikan kita lebih semangat dan mengahayati arti kehidupan. Maka tak heran seorang seniman sastra hebat dalam berpuisi mereka merangkai demi bait sesuai dengan isi hati dan mata yang mereka lihat.
Ketika melihat alam nan hijau maka puisi anugerah dan pujian yang terpanjatkan, kalau melihat alam yang rusak maka puisi sedih penuh meratap yang dibuat dan sebagainya. Nah, buat sahabat mediasiana yang saat ini sedang mencari contoh puisi tentang Indonesia berikut telah saya sajikan kumpulan puisinya yang bisa sahabat simak, maka dari itu mari kita baca kumpulan puisinya berikut ini.
Kumpulan Puisi Tentang Indonesia :
Puisi Ironi Negeri ini
Oleh : Laksanak Rida
Kadang kita mesti
Heran sendiri
Hidup di negeri
Yang rajin sekali
Sebagai ilustrasi
Perguruan tinggi
Mensyarati
Mahasiswa mahasiswi
Yang belum usai
Mengikuti proses edukasi
Mesti
Meregistrasi lebih dini
Melalui rapor asli
Disertai
Surat keterangan lulus yang difotokopi
Dan dilegalisasi
Tidak peduli
Ijazah asli
Belum tertulisi
Maupun tertandatangani
Suatu ironi
Setidaknya sampai
Hari ini
PUISI INDONESIAKU
Karya : Anes Moca
Kuikrarkan sumpahku
Padamu Indonesiaku
Jiwaku dan segalaku untukmu
Demi menjunjung tinggi kehormatanmu
Wahai para pemuda pendahulu
Sumpahmu abadi dalam jiwaku
Meraung keras di seluruh penjuru
Kobarkan semangat demi Indonesiaku
Kini amanatmu tertanam di jiwaku
Untuk melanjutkan perjuanganmu
Mewujudkan bangsa yang bersatu
Demi negara tercinta Indonesiaku
PUISI KAU INDONESIAKU
Oleh: Jagad Kelana
Merah putihku
Dalam darahku mengalir merahmu
Dalam tulangku tertanam putihmu
Dalam jiwaku berkibar benderamu
Dalam hatiku tertancap janji setiaku
Garudaku
Matamu pisau
Lumpuhkan derap kaki musuh-musuh bangsa
Sayapmu berwibawa
Membungkam mulut-mulut penghianat
Merah putihku
Berkibarlah!
Tunjukkan pada mereka
Bahwa kau bukan sekedar kain yang mudah diinjak-injak oleh kaki-kaki bengis para penjajah
Garudaku
Terbanglah!
Tunjukkan pada mereka
Bahwa kau bukanlah burung pipit yang hanya dipandang sebelah mata
Indonesiaku
Ribuan desing peluru tak dapat palingkan kami dari dirimu
Gelegar bom takkan membuat kami lari meninggalkanmu
Di bawah panji merah putih kami berjanji setia selalu
Dalam cengkeraman garudamu kami bersatu; berjanji, akan selalu menjaga wibawamu
MENJAGA INDONESIA
Oleh : Raudah Jambak
Mungkin tak pernah terpikirkan
entah berapa helai daun yang gugur di halaman rumah kita
dan membusuk, atau hangus begitu saja di gunungan sampah
yang berhari-hari kita biarkan. Pun, ketika ia terseret di arus banjir
dan terdampar di kehilangan pandangan kita
Adakah terbaca setumpukan debu
yang menebal di datar kaca jendela, bersebab
kemarau dan bising lalulalang jalan raya. Padahal
tanpa sadar ia selalu menari di hadapan kita, ketika kita
berpatut-patut diri sebelum berangkat kerja
Lalu sempatkah terhitung
berapa usia ruang depan rumah kita yang membiarkan
tetamu datang dan pergi, serta gelas yang terjatuh dikarenakan
keriangan anak-anak berkejaran di seputar meja. Termasuk perempuan
yang kemudian dikatakan istri, dikatakan ibu, berebut kisah laksana setrika, selalu berpindah
dari kasur, dapur dan sumur. Juga lelaki yang tercatat sebagai suami, tercatat sebagai bapak
memungut kisah dari rumah sampai rumah
begitulah Indonesia
ia menyediakan diri sebagai apa saja
dan mungkin tak pernah terpikirkan, terbaca, atau terhitung
tentang daun-daun, debu atau justru sebagai rumah, tempat orang-orang
memungut istrirah
Indonesia adalah rumah kita
yang penuh dengan sesak sampah
yang penuh dengan riuh debu-debu
yang penuh dengan tamu-tamu
datang dan pergi
Indonesia adalah rumah kita
yang berpagar, yang berubah-ubah warna dindingnya
yang bagian-bagiannya dihancurkan kemudian
dibangun kembali
Indonesia adalah rumah kita
yang menyimpan begitu banyak cerita
dan sepatutnyalah kita
jaga
MASIH MERDEKAKAH KAU INDONESIA?
Oleh : Raudah Jambak
Masih merdekakah kau Indonesia
setelah kau rajut usia dari debu-debu jalan raya
dalam kaleng rombeng
recehan angka milik pengemis belia
yang mendendangkan kidung lara
bersama hembusan dupa dari opelet tua
masih merdekakah kau Indonesia
ketika musyawarah berubah dari mufakat
menjadi siasat
ketika wakil rakyat lebih mewakili penjahat
ketika gedung dewan lebih mirip kandang hewan
dan ketika pejabat negara tega menjadi pengkhianat bangsa
Masih merdekakah kau Indonesia
dalam kemerdekaan yang kau sendiri tak paham maknanya
karena matamu telah dibutakan
dan mulutmu disekat rapat-rapat
serta telinga cuma sekedar bunga tanpa rupa
Masih merdekakah kau Indonesia
padahal telah banyak disumbangkan darah dan air mata
dan berjuta nyawa yang akhirnya cuma sekedar wana luka
Masih merdekakah kau Indonesia?
INDONESIA BERKACA
Oleh : Raudah Jambak
telah lama indonesia terjebak dalam buramnya
kotak kaca, mulai dari wajah yang berdebu, sampai
tiga dimensi yang kaku, parabola tak lagi berguna
dikalahkan kecanggihan batok kelapa-
kejahatan, penipuan, kemunafikan-berlomba menjadi
pelaku utama-sementara kejujuran, keikhlasan,dan
kesabaran-cukup puas sebagai figuran biasa
telah lama indonesia terjebak dalam kumuhnya
media masa, mulai dari wajah yang penuh darah,
sampai bibir merah penuh gairah, headline kemanusiaan tak lagi berguna, politik haus kekuasaan di atas
segalanya-korupsi, prostitusi, anti ideologi-menjadi berita terkini-sementara harkat, martabat, dan
nurani-hanya penghias demi investasi
telah lama indonesia terjebak di atas panggung sandiwara, yang selalu kehilangan penonton setia
mulai dari fans tiba-tiba, sampai kelas utama
tiket pertunjukan tidak lagi berguna, sebab
undangan gagal membawa marwah cerita-pemain, penata, dan sutradara-saling curiga dengan honor
yang diterima-sementara proyek, eksebisi, dan
pertunjukan dalam rangka-menjadi penentu final
dalam berkarya
lihatlah aceh, ambon dan papua
lihatlah korupsi, prostitusi dan manipulasi negri
lihatlah segala amoral dan asusila
anak-anak bangsa
apa khabar munir yang menunggang garuda
apa khabar harry roesli dengan drs. arief-nya
apa khabar peter white dan sepakbola indonesia
apa khabar sby bersama seratus harinya
apa khabar hamid jabbar yang selalu menzikirkan puisinya, selalu tertawa gembira-walau dalam tangis indonesia
apa khabar tsunami yang selalu meneteskan
air mata
do'a takjim buat saudara-saudaraku,
yang mengawang di bukit lawang, menanam pusara badan di kuningan, menyerah di bandara adi sumarmo yang
gelisah, ambruk mengurusi nyamuk-nyamuk, menggigil digetarnya gempa tsunami
dan yang tiba-tiba pergi ke negeri entah
(tuhan mengarahkan langkah kalian menuju taman
di dalamnya mengalir sungai susu, tumbuh bunga-bunga indah, dan ranumnya beragam buah)
telah lama indonesia terjebak dalam lusuhnya cermin kaca, tapi yakinlah kami masih mampu
membaca makna-membersihkan wajah indonesia
indonesia bercermin
indonesia berkaca
dalam derita
kami akan terus berjuang untukmu
dalam bahagia
kami akan senantiasa mengharumkan
namamu,
indonesia berkaca-anak-anak bangsa berusaha
terangkai do'a, senantiasa
SEBAB PAHLAWAN NAMAKU
Oleh : Raudah Jambak
Di dalam negeri yang penuh rahasia, aku terlahir
Dari seorang ibu yang tak henti mengumpulkan
Segala tetes air mata di pualam pipinya
Tumbuh besar sampai sekarang menjaga usia
Setua misteri yang beralis segala teka teki
Dan memberi namaku Pahlawan
Bukan aku yang meminta nama segagah itu
Bukan aku yang memaksa untuk ditabalkan
Bukan aku yang terpaksa atau bahkan rela
Merengek-rengek agar semua orang tahu
Tidak ada Pahlawan selain aku
Aku tidak harus mati dulu
Apalagi mengumpulkan kartu tanda penduduk
Atau mengumpulkan kartu keluarga sekian ribu
Bahkan harus PEMILU agar ibu menuliskan
Kata Pahlawan di keningku
Ooi, Aku bangun jiwa raga ini
Aku bangun cita-cita ini
Aku bangun negeri ini
Dengan nurani
sebab pahlawan namaku
Ooi, Tak harus kutempuh cara yang sama
Tak harus kutempuh jalan membabi buta
Tak harus kutempuh menikung suka-suka
Tapi kususuri cara yang sesederhana jiwa
sebab pahlawan namaku
Ooi, Sebab aku terlahir
di dalam negeri penuh rahasia dari seorang ibu
yang tak henti mengumpulkan segala tetes air mata
di pualam pipinya,
Maka pahlawan namaku
Penutup
Nah, itulah kumpulan puisi tentang Indonesia yang dapat saya sajikan. Semoga pembahasan kali ini dapat bermanfaat bagi sahabat semua. Sekian dari saya, sampai jumpa lagi di pembahasan yang lainnya.