Rumah Adat Kalimantan Selatan : Rumah Bubungan Tinggi
Senin, 08 Juni 2020
Rumah adat provinsi Kalimantan Selatan yaitu disebut dengan rumah bubungan tinggi (Rumah Banjar). Rumah ini adalah salah satu jenis rumah baanjung yang mana dari bentuknya ataupun desainnya yaitu rumah tradisional khas suku Banjar yang ada di Kalimantan Selatan. Rumah ini bisa dibilang adalah ikannya Rumah Banjar karena rumah ini ini paling terkenal dan menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan.
Apabila kita berada di dalam Kompleks Keraton Banjar maka rumah bubungan tinggi ini adalah pusat atau Sentral dari Kompleks keraton yang mana rumah ini menjadi istana kediaman Raja Banjar atau au biasa disebut dengan Kedaton rumah ini ini berada dalam sirap Kalau bahasa Jawanya ndalem yang artinya tepat berada di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahun 1780 pada masa pemerintahan Raden Panembahan Batuah.
Rumah adat khas Banjar yaitu rumah bubungan tinggi untuk bentuknya memang mirip seperti rumah Betawi yang disebut dengan rumah bapang tetapi rumah bubungan tinggi ini ini dibangun dengan gaya konstruksi panggung yang mana memiliki sebuah anjung pada bagian kiri dan kanannya.
Adapun ciri-ciri dari rumah hubungan tinggi ini ini yaitu pada bagian atap Sindang langit tidak ada plafon bagian tangga naik selalu berjumlah ganjil serta pemandangan terdapat sebuah lapangan di sekelilingnya dengan sebuah kandang rasi yang berukir.
Konstruksi rumah bubungan tinggi ini ini terbuat dari bahan kayu apalagi di Kalimantan Ini zaman dulu penuh dengan hutan rimba tentu sangat mudah untuk bisa mendapatkan kayu terutama kayu ulin atau kayu besi.
Kontruksi Rumah Bubungan Tinggi
Untuk bagian konstruksi pokoknya rumah adat Banjar ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Ruangan Rumah Bubungan Tinggi
Pada bagian pendopo disebut dengan palatar bagian ini merupakan sebuah ruangan rumah yang pertama setelah kita menaiki sebuah tangga masuk yang ukurannya ini 7 * 3 m Adapun latar ini disebut dengan pamedangan.
Bagian pachira yaitu sebuah ruangan atau transisi yang terbagi menjadi dua bagian yaitu ada pacira dalam dan pacira luar. Untuk fungsi dari pachira ini adalah sebagai ruangan untuk menyimpan barang seperti alat pertanian pertukangan dan alat untuk menangkap ikan.
Kedua pachira ini ternyata hanya dibedakan oleh posisinya saja yaitu ada pacarnya luar yang letaknya berada di muka pintu depan Lawang hadapan.
Panampik kacil adalah sebuah ruang tamu yang berada di muka ruangan yang yang agak kecil yang mana dapat kita temui setelah masuk melalui Lawang hadapan yaitu pintu depan rumah bubungan tinggi yang mana pada permukaan lantai nya lebih tinggi daripada lantai yang ada di pelataran untuk lambang lantai yang ada di ruangan ini disebut dengan watun sambutan untuk ruangan ini mempunyai luas sekitar 7 * 3 meter.
Panampik tangah adalah sebuah ruang tamu Tengah yang mana Na ruangan ini lebih luas dari ruangan panampik kecil untuk lantai ruangan ini juga lebih tinggi dari ruang sebelumnya ruangan ini juga disebut dengan Watun jajakan.
Panampik basar atau ambin sayub, ruangan ini menjadi ruang tamu utama yang posisinya menghadapi dinding Tengah bahasa Banjarnya disebut dengan tawing Halat. Untuk permukaan lantainya ruangan ini lebih tinggi dari lantai sebelumnya ambang lantai ini disebut dengan watun jajakan, luas ruangan ini sekitar 7 * 5 meter.
Palidangan atau ambin dalam yaitu sebuah ruangan yang ada di bagian dalam rumah yang terbatas dengan ruangan panampik besar ruangan ini sama tingginya dengan lantai panampik Basar Walaupun ada juga beberapa rumah yang membuat lantai panampik basar lebih rendah dari lantai palidangan.
Karena kedua pintu yang ada di thawing alat ini tidak sampai ke dasar lantai maka Watun ini disebut dengan watun langkahan. Untuk luas ruangan ini adalah 7 * 7 m di dalam ruangan ini terdapat sebuah tiang tiang besar yang menjadi penyangga rumah bubungan tinggi untuk jumlah tiangnya berjumlah 8 buah tiang untuk tiang ini disebut dengan tihang Pitugur atau tihang guru.
Panampik dalam atau panampik bawah adalah sebuah ruangan yang yang mempunyai skala cukup luas yang mana pada bagian lantai ruangan ini lebih rendah daripada lantai palidangan dan ruangan ini sama tingginya dengan permukaan lantai panampik Tengah. Untuk ambang lantai ini disebut dengan sebutan Watun jajakan, untuk luas ruangan ini sekitar 7 Kali 5 meter.
Ruangan padapuran atau disebut dengan padu. Dalam bahasa Indonesia ruangan ini disebut dengan dapur ruang ini letaknya berada di bagian belakang bangunan yaitu ruangan terakhir dari bangunan rumah bubungan tinggi untuk permukaan lantai nya relatif lebih rendah dari ruangan panampik bawah dan ambang lantainya disebut dengan watun juntaian. Walaupun ada sebagian masyarakat membangun ruangan ini untuk juntaian itu cukup tinggi sehingga sering di tempat itu diberi sebuah anak tangga untuk keperluan turun naik ruangan padu atau padapuran ini dibagi menjadi beberapa antara lain : bagian atangan sebagai tempat memasak, bagian salaian sebagai tempat mengeringkan api, pagaduran dan pajijiban sebagai tempat untuk mencuci piring dan pakaian.
Ukuran Rumah Bubungan Tinggi
Untuk ukuran rumah bubungan tinggi ini pada umumnya relatif berbeda-beda karena ukuran ini pada waktu itu didasarkan atas ukuran depan atau jengkal ukuran depan atau jengkal ini diambil dari tangan sang pemilik Rumah itu sendiri sehingga ukuran setiap rumah bubungan tinggi mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Menurut kepercayaan masyarakat Banjar bahwa setiap ukuran haruslah ah ah dengan hitungan yang berjumlah ganjil atau bilangan ganjil penjumlahan ganjil ini tentu tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan lebar seperti juga perihal tangga atau anak tangga layang-layang Puncak dan lain-lain.
Jika diukur maka panjang dari bangunan induk rumah bubungan tinggi ini pada umumnya sekitar 31 m Sedangkan untuk lebarnya bagian bangunan induk ini sekitar 7 m dan dan masing-masing lebar anjungan sekitar 5 meter.
Untuk lantai dari permukaan tanah ini sekitar 2 M yaitu pada bagian kolong dibawah anjung dan palidingan. Sedangkan untuk jarak lantai yang paling rendah rata-rata sekitar 1 meter yaitu yang ada di kolong lantai ruang palatar.
Tata Ruang dan Kelengkapan
Adapun pada bagian tata ruang rumah tradisional hubungan tinggi ini yang membedakan adalah adanya tiga jenis ruang yaitu ada ruang terbuka ada ruang setengah terbuka dan ada ruang dalam. Untuk ruang terbuka ini terdiri atas pelataran atau serambi yang kemudian dibagi lagi menjadi surambi muka dan surambi sambutan. Untuk bagian ruang setengah terbuka terdapat sebuah pagar rasi yang disebut dengan lapangan pamedangan. Sedangkan untuk ruang dalam ini dibagi lagi menjadi ruang pachira dan ruang penurunan ruang peluaran ruang paledangan, yang mana terdiri dari palidangan dalam panampik padu dapur anjung kanan dan anjung kiwa.
Baca Juga : Rumah Adat Kalimantan Timur
Adapun untuk secara rinci nya Berikut ini akan saya uraikan lebih detail berikut selengkapnya :
Surambi
Surambi adalah sebuah tempat yang terdapat sebuah wadah untuk membasuh kaki pada tempat ini juga terdapat tempat air lainnya yaitu tu berupa sebuah kuci.
Pamedangan
Untuk ruangan ini mempunyai lantai yang lebih tinggi dengan dikelilingi pagar rashi pada ruangan ini biasanya terdapat sepasang kursi yang panjang.
Pacira dan penurunan
Pachira dan penurunan dapat kita temui di sebelah kiri setelah kita masuk ke dalam rumah ini ada pachira yaitu tanggui besar sedangkan untuk arah sebelah kanan terdapat pengayuh dayung tombak dhuha dan panjang. Dan di sebelah kanan ruangan ini terdapat sebuah Gayung terompah sandal yang ada di balapan panurunan dan untuk penerangannya di ruangan ini terdapat 2 buah lampu gantung.
Pengeluaran Panampik Basar
Di dalam ruangan ini lokasinya cukup besar yang mana biasa digunakan untuk kegiatan keluarga bermasyarakat apabila tempat ini masih kurang dalam menampung banyaknya orang maka peluang tawing Halat bisa digunakan Kan bisa dibuka Dan untuk bagian depannya tawing Halat ini terletak bufet. Di atasnya agak menyamping ke kiri dan ke kanan terdapat sebuah gantungan tanduk rusa dan di tengah ruangan ini terdapat 2 buah lampu gantung serta lantai diberi sebuah lampit dan juga kelengkapan bergerak seperti kapit gelas parpen rehal dan paludahan.
Palidangan
Untuk ruangan ini terdiri dari sebuah paledangan dalam dan sebuah anjing chihuahua serta anjung kanan di mana ruangan ini fungsinya sama dengan ruangan keluaran namun biasanya ruangan ini diperuntukkan bagi kaum wanita di ruangan ini juga terdapat sebuah alat perkakas seperti lemari besar karena Kendi dan lemari buta. Sementara untuk lantainya diberi sebuah hambal sebagai alas duduk.
Anjung kanan dan anjung Kiwa
Pada ruangan anjung kanan ini biasa digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan dilengkapi dengan alat rias serta perlengkapan ibadah Sedangkan untuk anjing Tiwa ini tempat untuk melahirkan dan juga sebagai tempat merawat jenazah di sini juga sudah diberi perlengkapan seperti ranjang meja lemari dan lainnya.
Padu atau dapur
Untuk dapur Tini berada di paling belakang ruangan ini juga terdapat perlengkapan masak seperti lemari lampit ayunan anak rak dapur Rinjing dan lain sebagainya. Di ruangan ini juga dapat kita menyimpan makanan perlengkapan umum dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kebutuhan memasak dan mencuci.
Adapun untuk bentuk arsitektur dan pembagian ruang rumah bubungan tinggi ini mempunyai kesamaan prinsip antara satu dengan lainnya yaitu dengan perbedaan-perbedaan kecil yang tidak berarti dari sini dapat kita lihat bahwa rumah tradisional khas suku Banjar ini yaitu rumah bubungan tinggi mempunyai keterkaitan erat dengan nilai tradisional dari masyarakat suku Banjar meskipun pada awalnya bentuk rumah ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan fungsi dan adaptasi terhadap lingkungan sekitar tetapi karena sifatnya yang berulang-ulang di bangun kemudian rumah ini menjadi rumah tradisional yang menjadi ciri khas dari bangunan Suku Banjar.
Nah inilah ulasan tentang rumah hubungan dari Provinsi Kalimantan Selatan semoga ulasan ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi teman-teman semua serta bisa menambah wawasan bagi generasi bangsa Indonesia mungkin hanya ini yang dapat saya sajikan dalam ulasan rumah bubungan tinggi khas Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Terima kasih sudah membaca artikel ini. Apabila ada kekurangan atau kesalahan saya mohon maaf sebesar-besarnya jangan lupa baca juga artikel tentang rumah adat dari provinsi lainnya di bawah ini terima kasih.
Apabila kita berada di dalam Kompleks Keraton Banjar maka rumah bubungan tinggi ini adalah pusat atau Sentral dari Kompleks keraton yang mana rumah ini menjadi istana kediaman Raja Banjar atau au biasa disebut dengan Kedaton rumah ini ini berada dalam sirap Kalau bahasa Jawanya ndalem yang artinya tepat berada di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahun 1780 pada masa pemerintahan Raden Panembahan Batuah.
Rumah Bubungan Tinggi
Rumah adat khas Banjar yaitu rumah bubungan tinggi untuk bentuknya memang mirip seperti rumah Betawi yang disebut dengan rumah bapang tetapi rumah bubungan tinggi ini ini dibangun dengan gaya konstruksi panggung yang mana memiliki sebuah anjung pada bagian kiri dan kanannya.
Adapun ciri-ciri dari rumah hubungan tinggi ini ini yaitu pada bagian atap Sindang langit tidak ada plafon bagian tangga naik selalu berjumlah ganjil serta pemandangan terdapat sebuah lapangan di sekelilingnya dengan sebuah kandang rasi yang berukir.
Konstruksi rumah bubungan tinggi ini ini terbuat dari bahan kayu apalagi di Kalimantan Ini zaman dulu penuh dengan hutan rimba tentu sangat mudah untuk bisa mendapatkan kayu terutama kayu ulin atau kayu besi.
Kontruksi Rumah Bubungan Tinggi
Untuk bagian konstruksi pokoknya rumah adat Banjar ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu :
- Bagian tubuh bangunan rumah bubungan tinggi ini memanjang lurus ke depan dan ini merupakan sebuah bangunan induk.
- Adapun bangunan yang menempel di kiri dan kanan disebut dengan Anjung
- Pada bagian atap yang bentuknya tinggi serta Lancip ini disebut dengan bubungan tinggi
- Untuk bubungan atap sengkuap yang bentuknya memanjang ke depan disebut dengan atap Sindang langit.
- Untuk bubungan atap yang bentuknya memanjang ke belakang disebut dengan atap hambin awan.
- Serta terdapat tubuh bangunan induk dari rumah bubungan tinggi ini memanjang terus ke depan dibagi dengan beberapa ruangan yang berjenjang lantainya.
Ruangan Rumah Bubungan Tinggi
Pada bagian pendopo disebut dengan palatar bagian ini merupakan sebuah ruangan rumah yang pertama setelah kita menaiki sebuah tangga masuk yang ukurannya ini 7 * 3 m Adapun latar ini disebut dengan pamedangan.
Bagian pachira yaitu sebuah ruangan atau transisi yang terbagi menjadi dua bagian yaitu ada pacira dalam dan pacira luar. Untuk fungsi dari pachira ini adalah sebagai ruangan untuk menyimpan barang seperti alat pertanian pertukangan dan alat untuk menangkap ikan.
Kedua pachira ini ternyata hanya dibedakan oleh posisinya saja yaitu ada pacarnya luar yang letaknya berada di muka pintu depan Lawang hadapan.
Panampik kacil adalah sebuah ruang tamu yang berada di muka ruangan yang yang agak kecil yang mana dapat kita temui setelah masuk melalui Lawang hadapan yaitu pintu depan rumah bubungan tinggi yang mana pada permukaan lantai nya lebih tinggi daripada lantai yang ada di pelataran untuk lambang lantai yang ada di ruangan ini disebut dengan watun sambutan untuk ruangan ini mempunyai luas sekitar 7 * 3 meter.
Panampik tangah adalah sebuah ruang tamu Tengah yang mana Na ruangan ini lebih luas dari ruangan panampik kecil untuk lantai ruangan ini juga lebih tinggi dari ruang sebelumnya ruangan ini juga disebut dengan Watun jajakan.
Panampik basar atau ambin sayub, ruangan ini menjadi ruang tamu utama yang posisinya menghadapi dinding Tengah bahasa Banjarnya disebut dengan tawing Halat. Untuk permukaan lantainya ruangan ini lebih tinggi dari lantai sebelumnya ambang lantai ini disebut dengan watun jajakan, luas ruangan ini sekitar 7 * 5 meter.
Palidangan atau ambin dalam yaitu sebuah ruangan yang ada di bagian dalam rumah yang terbatas dengan ruangan panampik besar ruangan ini sama tingginya dengan lantai panampik Basar Walaupun ada juga beberapa rumah yang membuat lantai panampik basar lebih rendah dari lantai palidangan.
Karena kedua pintu yang ada di thawing alat ini tidak sampai ke dasar lantai maka Watun ini disebut dengan watun langkahan. Untuk luas ruangan ini adalah 7 * 7 m di dalam ruangan ini terdapat sebuah tiang tiang besar yang menjadi penyangga rumah bubungan tinggi untuk jumlah tiangnya berjumlah 8 buah tiang untuk tiang ini disebut dengan tihang Pitugur atau tihang guru.
Panampik dalam atau panampik bawah adalah sebuah ruangan yang yang mempunyai skala cukup luas yang mana pada bagian lantai ruangan ini lebih rendah daripada lantai palidangan dan ruangan ini sama tingginya dengan permukaan lantai panampik Tengah. Untuk ambang lantai ini disebut dengan sebutan Watun jajakan, untuk luas ruangan ini sekitar 7 Kali 5 meter.
Ruangan padapuran atau disebut dengan padu. Dalam bahasa Indonesia ruangan ini disebut dengan dapur ruang ini letaknya berada di bagian belakang bangunan yaitu ruangan terakhir dari bangunan rumah bubungan tinggi untuk permukaan lantai nya relatif lebih rendah dari ruangan panampik bawah dan ambang lantainya disebut dengan watun juntaian. Walaupun ada sebagian masyarakat membangun ruangan ini untuk juntaian itu cukup tinggi sehingga sering di tempat itu diberi sebuah anak tangga untuk keperluan turun naik ruangan padu atau padapuran ini dibagi menjadi beberapa antara lain : bagian atangan sebagai tempat memasak, bagian salaian sebagai tempat mengeringkan api, pagaduran dan pajijiban sebagai tempat untuk mencuci piring dan pakaian.
Ukuran Rumah Bubungan Tinggi
Untuk ukuran rumah bubungan tinggi ini pada umumnya relatif berbeda-beda karena ukuran ini pada waktu itu didasarkan atas ukuran depan atau jengkal ukuran depan atau jengkal ini diambil dari tangan sang pemilik Rumah itu sendiri sehingga ukuran setiap rumah bubungan tinggi mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Menurut kepercayaan masyarakat Banjar bahwa setiap ukuran haruslah ah ah dengan hitungan yang berjumlah ganjil atau bilangan ganjil penjumlahan ganjil ini tentu tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan lebar seperti juga perihal tangga atau anak tangga layang-layang Puncak dan lain-lain.
Jika diukur maka panjang dari bangunan induk rumah bubungan tinggi ini pada umumnya sekitar 31 m Sedangkan untuk lebarnya bagian bangunan induk ini sekitar 7 m dan dan masing-masing lebar anjungan sekitar 5 meter.
Untuk lantai dari permukaan tanah ini sekitar 2 M yaitu pada bagian kolong dibawah anjung dan palidingan. Sedangkan untuk jarak lantai yang paling rendah rata-rata sekitar 1 meter yaitu yang ada di kolong lantai ruang palatar.
Tata Ruang dan Kelengkapan
Adapun pada bagian tata ruang rumah tradisional hubungan tinggi ini yang membedakan adalah adanya tiga jenis ruang yaitu ada ruang terbuka ada ruang setengah terbuka dan ada ruang dalam. Untuk ruang terbuka ini terdiri atas pelataran atau serambi yang kemudian dibagi lagi menjadi surambi muka dan surambi sambutan. Untuk bagian ruang setengah terbuka terdapat sebuah pagar rasi yang disebut dengan lapangan pamedangan. Sedangkan untuk ruang dalam ini dibagi lagi menjadi ruang pachira dan ruang penurunan ruang peluaran ruang paledangan, yang mana terdiri dari palidangan dalam panampik padu dapur anjung kanan dan anjung kiwa.
Baca Juga : Rumah Adat Kalimantan Timur
Adapun untuk secara rinci nya Berikut ini akan saya uraikan lebih detail berikut selengkapnya :
Surambi
Surambi adalah sebuah tempat yang terdapat sebuah wadah untuk membasuh kaki pada tempat ini juga terdapat tempat air lainnya yaitu tu berupa sebuah kuci.
Pamedangan
Untuk ruangan ini mempunyai lantai yang lebih tinggi dengan dikelilingi pagar rashi pada ruangan ini biasanya terdapat sepasang kursi yang panjang.
Pacira dan penurunan
Pachira dan penurunan dapat kita temui di sebelah kiri setelah kita masuk ke dalam rumah ini ada pachira yaitu tanggui besar sedangkan untuk arah sebelah kanan terdapat pengayuh dayung tombak dhuha dan panjang. Dan di sebelah kanan ruangan ini terdapat sebuah Gayung terompah sandal yang ada di balapan panurunan dan untuk penerangannya di ruangan ini terdapat 2 buah lampu gantung.
Pengeluaran Panampik Basar
Di dalam ruangan ini lokasinya cukup besar yang mana biasa digunakan untuk kegiatan keluarga bermasyarakat apabila tempat ini masih kurang dalam menampung banyaknya orang maka peluang tawing Halat bisa digunakan Kan bisa dibuka Dan untuk bagian depannya tawing Halat ini terletak bufet. Di atasnya agak menyamping ke kiri dan ke kanan terdapat sebuah gantungan tanduk rusa dan di tengah ruangan ini terdapat 2 buah lampu gantung serta lantai diberi sebuah lampit dan juga kelengkapan bergerak seperti kapit gelas parpen rehal dan paludahan.
Palidangan
Untuk ruangan ini terdiri dari sebuah paledangan dalam dan sebuah anjing chihuahua serta anjung kanan di mana ruangan ini fungsinya sama dengan ruangan keluaran namun biasanya ruangan ini diperuntukkan bagi kaum wanita di ruangan ini juga terdapat sebuah alat perkakas seperti lemari besar karena Kendi dan lemari buta. Sementara untuk lantainya diberi sebuah hambal sebagai alas duduk.
Anjung kanan dan anjung Kiwa
Pada ruangan anjung kanan ini biasa digunakan sebagai tempat untuk beristirahat dan dilengkapi dengan alat rias serta perlengkapan ibadah Sedangkan untuk anjing Tiwa ini tempat untuk melahirkan dan juga sebagai tempat merawat jenazah di sini juga sudah diberi perlengkapan seperti ranjang meja lemari dan lainnya.
Padu atau dapur
Untuk dapur Tini berada di paling belakang ruangan ini juga terdapat perlengkapan masak seperti lemari lampit ayunan anak rak dapur Rinjing dan lain sebagainya. Di ruangan ini juga dapat kita menyimpan makanan perlengkapan umum dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kebutuhan memasak dan mencuci.
Adapun untuk bentuk arsitektur dan pembagian ruang rumah bubungan tinggi ini mempunyai kesamaan prinsip antara satu dengan lainnya yaitu dengan perbedaan-perbedaan kecil yang tidak berarti dari sini dapat kita lihat bahwa rumah tradisional khas suku Banjar ini yaitu rumah bubungan tinggi mempunyai keterkaitan erat dengan nilai tradisional dari masyarakat suku Banjar meskipun pada awalnya bentuk rumah ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan fungsi dan adaptasi terhadap lingkungan sekitar tetapi karena sifatnya yang berulang-ulang di bangun kemudian rumah ini menjadi rumah tradisional yang menjadi ciri khas dari bangunan Suku Banjar.
Nah inilah ulasan tentang rumah hubungan dari Provinsi Kalimantan Selatan semoga ulasan ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi teman-teman semua serta bisa menambah wawasan bagi generasi bangsa Indonesia mungkin hanya ini yang dapat saya sajikan dalam ulasan rumah bubungan tinggi khas Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Terima kasih sudah membaca artikel ini. Apabila ada kekurangan atau kesalahan saya mohon maaf sebesar-besarnya jangan lupa baca juga artikel tentang rumah adat dari provinsi lainnya di bawah ini terima kasih.