200 Pantun untuk Teman Sejati, Lucu , Bijak dan Memotivasi
Pantun untuk Teman Sejati, Lucu , Bijak dan Memotivasi - Halo sobatsiana, berjumpa kembali denganku di situs yang fenomenal ini, pada kesempatan ini saya akan berbagi kembali sebuah pantun dengan tema Teman. Diantara kalian pasti mempunyai teman, iya teman adalah orang yang sangat berharga, walaupun teman ini bukan keluarga dalam ikatan darah namun ketika kita berkegiatan baik di dunia Pendidikan, Masyarakat dan Pekerjaan maka temanlah yang selalu menemai kita.
Pantun untuk Teman
Bahkan teman kita tidak hanya ada satu orang, karena di setiap tempat, wilayah dan pekerjaan pasti terdapat teman. Teman itu bisa rekan kerja, dan juga seorang Direktur maupun seorang pelanggan. Nah, disini saya sudah menyiapkan beberapa ratus bait pantun untuk teman. Disini kalian dapat menyimak kumpulan bait pantun teman yang beragam.
Semoga pantun ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi sobatsiana, nah bagi kalian yang sudah tidak sabar lagi ingin membaca kumpulan pantun temannya silahkan simak ulasannya berikut ini!
Pantun untuk Teman Sejati
Tanjung karang banyak pasarnya,
Dari dataran tinggi ke daratan rendah.
Susah bahagia bersama – sama,
Mensuratkan cerita yang amat indah.
Bunga mawar tumbuh berduri,
Banyak kumbang kan mencuri.
Sahabat sejati sulit dicari,
Jangan pernah engkau khianati.
Bunga melati bunganya lebat,
Datang kumbang untuk menghisap.
Sahabat sejati kan memberi nasehat,
Agar dirimu ini tidak tersesat.
Timbang-timbang dalam pikiran,
Air soda di atas tatakan.
Kalau memang mengaku kawan,
Janganlah suka menjelek – jelekan.
Alangkah indah hati beriman,
Akhlak mulia tiada tara.
Alangkah indah banyak teman,
Hidup bahagia, banyak saudara.
Mungkin sekarang menanam talas,
Besok menanam bunga pandan.
Mungkin sekarang teman sekelas,
Besok jadi teman dalam kehidupan.
Angin utara ke selatan,
Berhembus lembut amat ringan.
Mari kita jaga persahabatan
Agar indah dalam album kenangan.
Tidak ada bunga aneka warna,
Mekar satu jangan dipatahkan.
Tidak ada teman yang sempurna,
Jika salah mohon dimaafkan.
Orang beriman masuk surga,
Dan akan jauh dari neraka.
Sahabat itu selalu menjaga,
Bukan selalu mencerca.
Anak kecil belajar melukis,
Tanpa warna hanya garis saja.
Daripada punya sahabat egois,
Lebih baik sendiri saja.
Kusangka tumbuh pandang wangi,
Rupanya hanya mawar yang berduri.
Kusangka bunga harum mewangi,
Rupanya hanya memberi duri.
Hati senang di hari raya,
Wajah ceria banyak tawa.
Jadilah sahabat yang setia,
Setia dalam suka maupun duka.
Di sini pinang, di sana pinang,
Di tengah-tengah tumbuh cendawan.
Di sini senang, di sana senang,
Banyak sahabat, banyak kawan.
Bunga lebat di batu karang,
Baju dibasuh banyak kotoran.
Seribu sahabat masih kurang,
Satu musuh sudah kebanyakan.
Rumah besar punya pejabat,
Di dalam banyak barang mewahnya.
Orang yang tak punya sahabat,
Tak tau rasa keindahan dunia.
Ambil kayu dibuat galah,
Dari gunung menuju lembah.
Di sini bukan hanya sekolah,
Tapi juga persahabatan yang indah.
Senja datang lebat hujannya,
Badan basah payung tak dibawa.
Anugerahkan diriku sahabat setia,
Terukir namanya di dalam jiwa.
Katanya berganti roda zaman,
Berganti musim berganti kebiasaan.
Katanya kamu sekedar teman,
Eh kenapa suka lirik-lirikan.
Kue bolu di atas nampan,
Bolu kukus bentuknya kecil.
Kata orang kamu tampan,
Sayang hobinya suka ngupil.
Dari hulu banyak anyaman,
Air berhenti di bendungan.
Dari dulu hanya berteman,
Teman diembat, malah kelimpungan.
Kembang mawar harum-haruman,
Petik setangkai untuk pinangan.
Maafkan aku teman – teman,
Sebentar lagi gua ke pelaminan.
Pantun syair puisi lama,
Indah sungguh karya para pujangga.
Belajar bareng, sekolah bersama,
Lama – lama tumbuh rasa cinta.
Hidup bahagia penuh iman,
Walau hidup banyak ujian.
Bila berawal sebagai teman,
Akhir cerita di pelaminan.
Tumbuh liar pohon kemumu,
Enak buahnya seenak jambu.
Setiap hari selalu bertemu,
Lama-lama rasa cinta tumbuh.
Malin Kundang tuan yang kaya,
Sayang lalai pada ibunya.
Maafkan akau tak bisa jadi teman setia,
Sekarang padamu aku mulai jatuh cinta.
Keliling desa naik delman,
Kereta kencana kayu jati.
Kita memang sekedar teman,
Tapi teman sehidup semati.
Bawa bambu pakai pedati,
Turun hujan jalannya basah.
Suka duka kita lewati,
Kini saatnya harus berpisah.
Air dimasak hingga mendidih,
Kembang wijaya kini berseri.
Berpisah membuat hati sedih,
Sahabat sejati ke mana hendak di cari.
Berkirim surat, bertanya kabar
Dekat di hati jauh di mata.
Engkau ke Barat, aku ke Timur,
Berpisah demi menggapai cita-cita.
Pergi ke toko membeli pensil,
Pulpen ungu habis tintanya.
Semoga engkau sukses berhasil,
Hidup sejahtera bahagia sentosa.
Para pejuang medan Padri,
Mereka berjuang tanpa pamrih,
Jadilah sahabat abadi,
Kala senang maupun sedih.
Ada miskin dan si kaya,
Di mata Tuhan semua sama,
Biar hidup seadanya,
Namun sahabatku luar biasa.
Putih warnanya tepung tapioka,
Tepuk-tepuk jadikan roti,
Hidup terasa lebih bermakna,
Saat sahabat ada di sisi.
Jalan-jalan naik delman
Keliling kota hingga senja
Teman mengaku teman
Kalau ada maunya saja
Kunang-kunang berlaksa-laksa
Di waktu hujan badannya basah
Pinjam uang setengah memaksa
Bayar hutangnya sangat susah
Pagi hari tanam bawang
Ada ular berkelat kelit
Seringkali minjam uang
Giliran dipinjam sangat pelit
Hidup bahagia karena iman
Nafsu maksiat akan terkekang
Bagaimana disebut teman
Dia menusuk dari belakang
Raja membangun satu dinasti
Jangan ada yang mencelakai
Lain di mulut lain di hati
Berteman hanya melukai
Obat tabib sangat manjut
Badan sakit ditutup selimut
Kusangka teman yang jujur
Rupanya musuh dalam selimut
Cari baju pergi ke pekan
Berjalan kaki perlahan-lahan
Berkali-kali sudah dimaafkan
Jangan lagi ulang kesalahan
Dahulu elok si gandaria
Indah bagaikan bunga taman
Daripada kehilangan bahagia
Lebih baik kehilangan teman
Bagus hati bila tabah
ketika membaca surat biru
Jika dinasehati tak juga berubah
Baiknya kucari sahabat baru
Leher sakit suaranya serak
Hendaklah harus segera diobati
Jika kamu ingin berak
Jangan lupa di kamar mandi
Berenang-renang dipinggir kali
Kali deras sangatlah garang
Jangan mudah berkecil hati
Jika kamu ditolak orang
Habis nangis ingin makan
Terlebih lagi saat pagi
Bau mulut tak tertahankan
Karena tidak menggosok gigi
Ingin sehat minum jamu
Baru dibeli di pasar tadi
Terasa bau disebelah mu
Ternyata ada yang tidak mandi
Tai ayam pastilah menjijikan
Tapi tidak setelah membeku
Kurasakan bau yang mengerikan
Keluar dari celana temanku
Di sawah banyak belalang
Ada satu yang menempel di mata
Rasa malu yang tak akan hilang
Kalau terpeleset di depan wanita
Habis makan, makan mangga
Lalu cuci bekas loyangnya
Kalau kamu rajin olahraga
Wajar saja dadamu bisa bergaya
Tak bosan ku pandangi dirimu
Sambil kuingat semua janji
Kadas kurap menutupi kulit mu
Mungkin karna jarang mandi
Dua tiga makan sagu
Empat lima makan wajik
Kalau ada orang begu
Belum tentu kita lebih baik
Pak polisi badannya tegap
Tapi mereka juga manusia
Meski dia orang gagap
Jangan remehkan kemampuannya
Terbang tinggi diatas awan
Terbang bersama bidadari
Sok-sokan tampang rupawan
Tapi tidak mengukur diri
Pulpen hilang diatas meja
Hilang saat menikmati rujak
Orang kaya di puja-puja
Orang miskin di injak-injak
Orang india memakai sari
Jangan lupa pakai peniti
Banyak orang menjual diri
Jadi apa Bangsa ini nanti
Beli makan gak punya uang
Gak taunya ketemu pak menteri
Sungguh merugi menghina orang
Akan berbalik ke arah sendiri
Punya harta lalu dipendam
Harta dipendam didalam peti
Untuk apa balas dendam
Malah tambah gelisah hati
Kita jalani masa kini
Kita lupakan masa lalu
Buat apa sih hidup ini
Kalau shalat saja tidak mau
Di Borneo ada batubara
Ada juga di sungai Musi
Susah-susah jadi perwira
Jangan sampai terhimpit ekstasi
Kalau lapar harus mangan
Kalau sakit bisa mimisan
Orang putih bahan perbincangan
Orang gelap bahan pelampiasan
Kasur nyaman diberi pegas
Tapi harus diberi celah
Jangan langsung tancap gas
Periksa dulu apa yang salah
Hati ini sekuat baja
Tapi pasti bisa termakan
Si kaya sakit seperti raja
Si miskin sakit dipermainkan
Si Uis gemar menari
Gerakannya cukup lumayan
Kuat bergadang di malam hari
Sampai ngiler di sekolahan
Sore-sore makan tape
Tape manis baru dibeli
Pandang terus layar hape
Biar bisa nyebur ke kali
Pak Yose jadi kuli
Biasa pulang gerimisan
Jangan suka kamu menuli
Nanti jadi tuli beneran
Gendong tas diatas bahu
Asal jangan sampai roboh
Kalau ingin serba tahu
Tinggalkan jiwa masa bodoh
Dalam kolam ada kura-kura
Hebat bergeming di air pekat
Kalau kamu suka sandiwara
Jadi aktris mudahlah sangat
Ada paku jatuh di taman
Ada wanita memakai tasbih
Ada orang ngakunya teman
Tapi rupanya pengen yang lebih
[Ini pasti orang yang lagi pdkt...]
Memang asyik membaca roman
Sayang lampu sangat redup
Awalnya sih ngaku teman
Pengen hati jadi teman hidup
[Nah, ini pasti kamu ya...?]
Makan nasi goreng pakai acar
Makan soto pakai babat
Memang aku punya mantan pacar
Tapi aku tak mantan sahabat
Jalan-jalan ke kota sama paman
Eh ternyata Cuma beli sikat
Dari sekian banyak teman
Cuman engkau yang paling dekat
Malam hari banyak siluman
Kalau lewat suka sekelebat
Memang aku punya banyak teman
Tapi aku cuman punya satu sahabat
Makan jangan pakai tangan kiri
Nanti bisa dimarahi ortu
Bulan menerangi di malam hari
Sahabat menerangiku setiap waktu
Semua orang pasti mati
Tapi jangan selalu terpaku
Kamu adalah sahabat sejati
Yang selalu ada untukku
Di pantai main selancar
Sebelumnya sudah minum jamu
Kini kau punya pacar
Jangan lupakan sahabatmu
Kalau pergi jangan lupa uang saku
Daripada nanti jadi kelaparan
Kau selalu membangunkanku
Dari keterpurukan dan kesedihan
Pagi-pagi sarapan bubur
Siang-siang makan udang
Sahabat akan selalu menghibur
Ketika kita susah maupun senang
Polisi wanita dinamakan polwan
Wanita yang tak pernah mengeluh
Kita untuk selamanya kawan
Walaupun jarak kita menjauh
Di Surabaya ada Tanjung Perak
Bukan Pelabuhan yang di Bali
Sahabat tidak diukur dengan jarak
Tapi sahabat diukur dengan hati
Kepala siapa yang benjol-benjol
Pasti sekarang nggak bisa senyum
Sahabat akan selalu berbuat konyol
Agar kamu bisa selalu tersenyum
Kalau sakit pergi berobat
Daripada nanti sakitnya nggak udah-udah
Jika jalan denganmu sahabat
Hari-hari akan terasa indah
Kehidupan itu penuh liku-liku
Jadi jangan sering berbuat ulah
Teman, Kamu selalu menegurku
Di kala aku berbuat salah
Jual acar sudah laku
Jual soto babat juga sudah laku
Pacar adalah kekasihku
Seorang sahabat adalah duniaku
Memang enak di awal bulan
Bisa pergi ke mana saja
Marilah teman, kita berjalan
Berjalanlah di sampingku saja
Jangan banyak-banyak makan acar
Kalau penyakit perut belu selesai
Aku tak ingin hanya karena pacar
Persahabatan kita bisa usai
Kalau bertamu jangan terlalu sungkan
Daripada nanti bicaranya jadi tak enak
Tangan pertama yang mengulurkan
Adalah sahabat kita yang selalu setia
Ikan tuna, ikan peda
Makannya enaknya bersama-sama
Kita memang berkarakter beda
Tapi kita bisa berjalan bersama-sama
Malam malam makan bakwan
Tambah lagi sama es blewah
Ingatkan aku kawan
Jika aku sedang salah
Buah terbentur hingga remuk,
Gelas kaca jatuh terpecah.
Begini nasib berbadan gemuk,
Kalau berjalan disangka gajah.
Bawa buku di kantong kresek,
Jatuh ke sungai masih terapung.
Punya nasib hidung pesek,
Dijepit setahun tak bisa mancung.
Hari hujan datang geledek,
Mata terpejam jadi melek.
Ada susahnya bertubuh pendek,
Berdiri bersama, mencium kelek.
Makan kelapa si hewan ketam,
Siswa baru banyak berlatih.
Memang susah berbadan hitam,
Walau disabun tak bisa putih.
Memang basah tidak kering,
Bahtera besar telah berlabuh.
Memang susah kurus kering,
Kesenggol orang badanpun rubuh.
Burung merpati burung dara,
Terbang tinggi dekat tenda.
Cinta itu masalah selera,
Kamu gadis, aku sukanya janda.
Beribu-ribu buah manggis,
Ternyata tersiram air cuka.
Beribu-ribu gadis yang manis,
Ternyata emak-emak yang dia suka.
Mulut pahit banyak meludah,
Cari obat apa namanya.
Dibedakin sudah didandanin sudah,
Disangka bertopeng oleh si dia.
Kucoba-coba mencari gadis,
Sudah nasib manggis tak ada.
Kucoba-coba mencari gadis,
Sudah nasib dapatnya janda.
Kaki letih pengen digendong,
Kalau jatuh pasti meringis.
Nenek-nenek dapatnya brondong,
Yang gadis banyak yang nangis.
Besi besar jadi linggis,
Jalan raya banyak pengemis.
Nasib jomblo sungguh tragis,
Malam minggu malah menangis.
Orang lain pelan-pelan,
Kaki sakit tersandung batu.
Orang lain berjalan-jalan,
jomblo meratap di balik pintu.
Ganteng-ganteng serigala,
Tukang bubur naik haji.
Setiap sahur dan buka puasa,
Dari dulu masih sendiri.
Bawa santan dari hulu,
Pulang-pulang bawa duku.
Sang mantan sudah ke penghulu,
Saya masih belum laku-laku.
Sungai jernih banyak ikan,
Ikan kembung ikan buntal.
Hujan begini berpelukan,
Tapi jomblo meluknya bantal.
Perut lapar sangat kempong,
Jalan kaki pinggir kali.
ku sayang teman yang ompong,
Kalau tertawa lucu sekali.
Ujung pensi memang lancip,
Untuk merebek kertas koran.
Badan gemuk perut buncit,
Pakai sarung kedodoran.
Kue basi dirubung lalat,
Ban kempes harus dikompa.
Berangkat sekolah sudah telat,
Pakai baju celananya lupa.
Kepompong dari hulu,
Ulat busuk sungguh bau.
Ompong-ompong dari dulu,
Biar ompong banyak yang mau.
Dari mana datangnya lintah,
Dari sawit ke pohon jati.
Dari mana datangnya cinta,
Dari duit turun ke hati.
Kata orang kainnya robek,
Padahal kain sudah bersih.
Kata orang kamu jelek,
Tapi memang.... iya sih.
Dari mana datangnya lintah,
Dari sawah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta,
Dari mata turun ke hati.
Dari mana datangnya tiang,
Dari kayu yang memalang.
Dari mana datangnya sayang,
Dari abang yang punya uang.
Untuk apa bermain kata,
Kalau berpuisi saja tidak bisa.
Untuk apa bermain cinta,
Kalau uang saja masih minta.
Sunan Muria Sunan Ampel,
Berdakwah Islam di pulau Jawa.
Cantik cantik mulutnya bawel,
Biar bawel yang penting kusuka.
Indahnya bunga ketika merekah,
Harum wangi di atas meja.
Enaknya pacaran stelah menikah,
Petir datang, enjoy aja.
Kenapa anak main gangsing,
Tali panjang hendak digulung.
Kenapa kepala jadi pusing,
Melihat tali mengikat gunung.
Entah tenar atau tidak,
Hangat dimakan buah pala.
Entah benar atau tidak,
Bibirmu manis semanis gula.
Paling enak baju jubah,
Bajunya lebar tidak gerah.
Paling enak tidur rebah,
Dipaha empuk dapat pahala.
Jauh jalan menuju bukit,
Bukit tinggi banyak kali.
Menikah nikmatnya hanya sedikit,
Yang banyaknya...nikmat sekali.
Pantun lucu buat teman
Dulu taman sekarang puri.
Dulu teman, sekarang istri.
Dulu parang, sekarang selasih.
Dulu sayang, sekarang masih.
Kalau taman jangan dibongkar.
Kalau berteman jangan bertengkar.
Taman bukan sembarang taman,
Taman bunga amat harumnya.
Teman bukan sembarang teman,
Ngaku teman kalau ada maunya.
Katanya berputar roda zaman,
Berputar mentari berwarna merah.
Katanya kita sekedar teman,
Saya menikah kenapa marah?
Jeruk purut pinggir kali,
Banyak orang numpang mampir.
Wajah cemberut jelek sekali,
Mirip dengan nenek lampir.
Makan ketupat di hari raya,
Pergi jauh ke kota Mumbai.
Ingin kudapat setangkai bunga,
Tapi bukan bunga bangkai.
Burung merpati burung pipit,
Sangat lucu badannya kecil.
Jadi lelaki jangan buncit
Nanti disangka wanita hamil.
Bunga mayang aneka rupa,
Petik satu dapat dua
Aku sayang kamu cinta,
Langgeng cinta kita hingga tua.
kancil berlari mengejar siput,
siput lari turun ke sawah.
Walau wajah sudah keriput,
cintaku padamu tak kan berubah.
Di mana negeri Campa,
Dekat Aceh selat Malaka.
Bagaimana hati tidak nestapa,
Kekasih hati dicuri duda.
Burung belibis jauh ke awan,
Hilang dia saat dipandang.
Kukira gadis masih perawan,
Rupanya janda anaknya sekandang.
Biar buah asal duren,
Jalan berliku muter-muter.
Biar duda asal keren,
Bisa beliin mobil expander.
Ada enaknya tukang ronda,
Minum kopi sambil bercanda.
Ada enaknya kawinin janda,
Belum kawin anak sudah ada.
Kencang lari si kaki kuda,
Kuat badan kuat tulang.
Kenapa menyesal menikahi duda,
Sudah kubilang pantatnya belang.
Walau daun jatuh rontok,
Tetap hidup pohon salak.
Walau janda semok montok,
Tak dikasih uang jadi galak.
Jangan suka keliling pager,
Pager bambu buat enggrang.
Jangan suka lihat yang seger-seger,
Nanti ada yang tegang-tegang.
Bau-bau aroma petai,
Berenang dulu di pemandian.
Wajah cantik badannya aduhai,
Tapi sayang cewek jadi-jadian.
Pantun Teman Bijak
Buaya sungai mengejar kancil,
Kancil lari ke tengah taman.
Lama kenal semenjak kecil,
Sampai dewasa tetap berteman.
Naik kereta ke Bukit Tinggi,
Jalan menanjak berhati-hati.
Jauh di mata dekat di hati,
Itulah tanda sahabat sejati.
Tanjung Pinang banyak pantainya,
Dari gunung ke daratan rendah.
Susah senang bersama-sama,
Mengguratkan cerita yang amat indah.
Bunga melati tiada berduri,
Ada tangan yang kan mencuri.
Sahabat sejati susah dicari,
Jangan pernah dikhianati.
Bunga melati kembangnya lebat,
Datang lebah untuk menghisap.
Sahabat sejati memberi nasehat,
Agar diri ini tidak tersesat.
Jalan-jalan ke Surabaya,
Naik perahu dayung sendiri.
Kawan jangan bersedih,
Kalau sedih yang rugi diri sendiri.
Jalan-jalan ke Pasar Baru,
Beli baju beli ikan.
Kalau punya teman baru,
Teman lama jangan dilupakan.
Awan kelabu tengah hari,
Tanda hujan akan datang.
Datang rindu di dalam hati,
Teman lama puas dikenang
Cenderawasih burung merpati,
Dari pulau terbang tinggi.
Terimakasih sudah berbagi,
Sebagai teman selama ini.
Angin dingin dari selatan,
Bunga rampai bertebaran.
Aku tetap ingin dalam persahabatan,
Jangan sampai teman jadi pacaran.
Lalat hinggap di bunga taman,
Langit biru tanpa awan.
Kamu kuanggap sebagai teman,
Kenapa aku cemburu lihat kamu berduaan.
Kota bersih enak dan nyaman,
Sampah kotor tak kelihatan.
Terimakasih sudah menjadi teman,
Tempat cerita, tempat curhatan.
Angin utara ke selatan,
Berhembus lembut amat ringan.
Mari kita jaga persahabatan
Agar indah dalam album kenangan.
Tidak ada bunga aneka warna,
Mekar satu jangan dipatahkan.
Tidak ada teman yang sempurna,
Jika salah mohon dimaafkan.
Timang-timang dalam pikiran,
Air cuka di atas tatakan.
Kalau memang mengaku teman,
Jangan suka menjelek-jelekan.
Alangkah indah hati beriman,
Akhlak mulia tiada tara.
Alangkah indah banyak teman,
Hidup bahagia, banyak saudara.
Mungkin sekarang menanam talas,
Besok menanam bunga pandan.
Mungkin sekarang teman sekelas,
Besok jadi teman dalam kehidupan.
Hamba beriman masuk surga,
Jauh mereka dar neraka.
Sahabat itu saling menjaga,
Bukan saling mencerca.
Anak kecil belajar melukis,
Tanpa warna hanya garis saja.
Daripada punya sahabat egois,
Lebih baik sendiri saja.
Kusangka tumbuh pandang wangi,
Rupanya hanya mawar yang berduri.
Kusangka bunga harum mewangi,
Rupanya hanya memberi duri.
Hati senang di hari raya,
Wajah ceria banyak tawa.
Jadilah sahabat yang setia,
Setia dalam suka maupun duka.
Pantun indahnya persahabatan
Di sini pinang, di sana pinang,
Di tengah-tengah tumbuh cendawan.
Di sini senang, di sana senang,
Banyak sahabat, banyak kawan.
Bunga lebat di batu karang,
Baju dibasuh banyak kotoran.
Seribu sahabat masih kurang,
Satu musuh sudah kebanyakan.
Rumah besar punya pejabat,
Di dalam banyak barang mewahnya.
Orang yang tak punya sahabat,
Tak tau rasa keindahan dunia.
Ambil bambu dibuat galah,
Turun gunung menuju lembah.
Di sini bukan sekedar sekolah,
Tapi ada persahabatan yang indah.
Senja datang lebat hujannya,
Badan basah payung tak dibawa.
Anugerahkan diriku sahabat setia,
Terukir namanya di dalam jiwa.
Katanya berganti roda zaman,
Berganti musim berganti kebiasaan.
Katanya kamu sekedar teman,
Eh kenapa suka lirik-lirikan.
Kue bolu di atas nampan,
Bolu kukus bentuknya kecil.
Kata orang kamu tampan,
Sayang hobinya suka ngupil.
Dari hulu banyak anyaman,
Air berhenti di bendungan.
Dari dulu hanya berteman,
Teman diembat, malah kelimpungan.
Bunga mawar harum-haruman,
Petik setangkai untuk pinangan.
Maafkan aku teman-teman,
Sebentar lagi aku ke pelaminan.
Pantun syair puisi lama,
Indah sungguh karya para pujangga.
Belajar bersama, sekolah bersama,
Lama-lama tumbuh rasa cinta.
Hidup bahagia penuh iman,
Walau hidup banyak ujian.
Bila berawal sebagai teman,
Akhir cerita di pelaminan.
Tumbuh liar pohon kemumu,
Enak buahnya seenak jambu.
Setiap hari selalu bertemu,
Lama-lama rasa cinta tumbuh.
Malin Kundang saudagar kaya,
Sayang lupa pada ibunya.
Maafkan tak bisa jadi teman setia,
Sekarang padamu aku jatuh cinta.
Keliling desa naik delman,
Kereta kencana kayu jati.
Kita memang sekedar teman,
Tapi teman sehidup semati.
Bawa bambu pakai pedati,
Turun hujan jalannya basah.
Suka duka kita lewati,
Kini saatnya harus berpisah.
Air dimasak hingga mendidih,
Kembang wijaya kini berseri.
Berpisah membuat hati sedih,
Sahabat sejati ke mana hendak di cari.
Berkirim surat, bertanya kabar
Dekat di hati jauh di mata.
Engkau ke Barat, aku ke Timur,
Berpisah demi menggapai cita-cita.
Akhir Kata
Nah, itulah kumpulan pantun untuk teman yang dapat saya sajikan. Semoga dengan adanya pantun yang super bijak dan lucu ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi pembaca semua. Janganlupa baca juga koleksi pantun yang tidak kalah seru dari pantun ini. Artikelnya dapat kalian baca dibawah ini!