7 Tarian Tradisional Bangka Belitung lengkap dengan gambarnya
Seni Tarian Tradisional Bangka Belitung lengkap dengan gambarnya - Provinsi Bangka Belitung, mempunyai dua pulau besar, pulau Bangka dan pulau Belitung dan mempunyai pulau kecil sekitar 470 buah, cuman 50 pulau yang memiliki penghuni.
Tarian Tradisional Bangka Belitung
Nuansa alamnya yang memanjakan mata seperti ada beberapa pantai yang memanjakan mata disitu dan hidup berukunan antara etnis.
Beragam seni tari tradisional yang berada di Bangka Belitung seperti berikut.
1. Tari Sekapur Sirih
Tari sekapur sirih biasa ditarikan 10 sampai 12 penari. Antara beberapa penari ini umumnya ada dua penari laki-laki yang berposisi ada di belakang. penari bawa sebuah tempat yang berisi sirih sebagai pertanda kehormatan ke beberapa tamu penting yang datang di satu acara acara besar yang diadakan masyarakat Belitung.
Gerakan-gerakan gesit penari yang mengarah ke kanan dan kiri disertai musik tradisionil gambus ciri khas Belitung membuat tarian ini demikian rancak. Pergerakan penari seolah-olah memberi kode selamat tiba ke beberapa tamu.
Dalam salah satu pergerakannya beberapa penari ini menerbangkan atau menebarkan bunga-bunga sebagai pertanda penolak bala. Disamping itu, beberapa penari dekati beberapa tamu kehormatan yang duduk di baris depan dan memberi sirih yang ada di sebuah kotak sebagai pertanda kehormatan dan pertemanan ke beberapa tamu yang tiba.
Baca Juga: Tari Persembahan dari Riau
2. Tari Campak
Merupakan tarian tradisionil dari wilayah kepulauan Bangka Belitung yang memvisualisasikan keceriaan dalam pertemanan remaja di situ. Tarian ini umumnya ditampilkan oleh beberapa penari wanita dan pria dengan gestur dan pergerakan yang menggambarkan keceriaan. Tarian campak ini umumnya dipentaskan dalam beberapa acara seperti penyambutan tamu besar, pernikahan dan sebagainya. Dulu, tari Campak ini umumnya dipentaskan di saat musim panen padi atau setelah dari ume (kebun).
Tari Campak ini ditarikan oleh beberapa penari wanita dan pria secara berpasangan. Dalam pertunjukannya beberapa penari menari dengan pergerakan yang gesit dan gestur penuh keceriaan ikuti alunan irama musik pendamping. Di antara tariannya beberapa penari pria dan penari wanita sama-sama berbalas pantun sebagai keunikan budaya Melayu. Dalam Tari Campak ini umumnya ada pula saat di mana beberapa penari ajak pemirsa untuk turut menari, hingga membuat pertunjukan Tari Campak ini makin meriah.
Kostum yang digunakan oleh beberapa penari Tari Campak ini sebagai kombinasi budaya Melayu dan budaya Eropa. Pada baju penari wanita, penari memakai baju yang paling kental akan style baju Eropa seperti gaun panjang dan sepatu hak tinggi. Dan baju penari pria benar-benar kental akan style baju Melayu seperti baju, celana panjang, peci, dan selendang.
Akulturasi budaya pada Tari Campak ini kelihatan dari musik pendampingnya. Dalam atraksi Tari Campak ini disertai oleh musik pendamping seperti gong dan gendang yang disebut musik asli budaya lokal, dan akordion dan biola yang disebut musik dari Eropa. Alat musik itu dimainkan secara serasi dan sesuai dengan pergerakan para penarinya.
3. Tari Sepen
Merupakan tarian tradisional warga kepulauan Belitung yang ada elemen pergerakan pencak silat. Tarian ini sebagai tari tradisionil dari wilayah Bangka Belitung yang paling kental akan budaya melayu, baik dari sisi baju, pendamping dan beberapa pergerakan didalamnya. Tari Sepen ini umumnya diperlihatkan sebagai tarian selamat tiba dalam acara penyambutan tamu besar yang tiba ke sana.
Gerakan pada Tari Sepen ini lebih memprioritaskan kegesitan pada pergerakan tangan dan kaki. Tiap pergerakan pada tarian ini pasti bermakna tertentu didalamnya. Tarian ini dikuasai oleh pergerakan tepok tangan yang disamakan oleh alunan musik pendamping. Disamping itu skema penari yang kerap beralih-pindah namun tetap kelihatan rapi hingga hasilkan pergerakan yang memanjakan mata.
Kostum yang dipakai penari pada atraksi Tari Sepen ini sama dengan baju ciri khas melayu. Penari wanita umumnya memakai baju seperti pakaian lengan panjang, celana panjang dan kain yang tutupi pinggang. Disamping itu di bagian kepala ada yang memakai kudung, ada pula yang tidak memakai. Baju penari ini biasnya dikuasai oleh beberapa warna ceria yang memvisualisasikan keceriaan.
Dalam pertunjukan Tari Sepen ini disertai oleh iringan musik dan beberapa lagu yang paling kental akan alunan musik tradisionil melayu. Alat musik pendamping Tari Sepen ini umumnya terbagi dalam gendang, rebana, biola, akordeon dan sebagainya. Untuk lagu pendampingnya sebagai lagu ciri khas warga melayu Belitung.
4. Tari Beripat
Kalau dilihat, tari beripat sebagai perlombaan beradu kecakapan. Yang mana ada 2 orang penari bawa rotan. Tiap penari memercayakan ketrampilan menangkis dan memukul punggung musuh. Mana cedera yang sedikitnya dia pemenangya. Dalam tiap pergerakan, diselipin gerak dan irama tari.
5. Tari Pendulang Timah
Tari Pendulang Timah kreasi Sanggar Tari Belitong Lesong Tangkai, Kelurahan Lesung Tangkai, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, sebagai tarian memvisualisasikan rakyat Bangka Belitung menyuap Timah secara tradisionil.
Tarian ini ditarikan beberapa puluh remaja lelaki tanpa pakaian. Mereka cuman kenakan celana pendek dengan badan yang dihias beragam warna dari campuran kaolin dan pewarna kue.
6. Tari Men Sahang Lah Mirah
Tarian ini, merupakan kreasi Sanggahr Seni Sepintu Sedulang, memvisualisasikan warga Bangka Belitung yang bersuka-ria dalam memetik hasil ladangnya yang berbentuk lada putih (sahang panggilan untuk Bangka belitung) di mana dalam memetik hasil ladangnya itu tidak lepas warga Bangka Belitung selalu memanjatkan puji sukur pada Allah, si pembuat semesta alam ini, dalam memetik warga memakai Suyak, tempat untuk menempatkan hasil panennya yang dibuat dari anyaman rotan atau bambu.
7. Tari Gi Ke Aik
Tarian ini, merupakan kreasi Sanggahr Seni Sepintu Sedulang, memvisualisasikan aktivitas warga Bangka Belitung di saat pagi hari (khususnya beberapa wanita), mereka bersama-sama ke Kulong (sungai kecil) di mana beberapa wanita trsebut seperti secara umum membersihkan, mandi (bebeasuh) dan kemudian mereka pulang ke rumah dengan bawa air dengan menggunakan guci.