Permasalahan Ekonomi Mikro di Indonesia Pada Masa Pandemic ini
Permasalahan ekonomi Mikro di Indonesia pada masa pandemic ini - Ekonomi mikro adalah ilmu ekonomi yang mempelajari tentang perilaku bisnis, perilaku konsumen, penentuan harga pasar, dan keuntungan dari perusahaan. Saat ini permasalahan ekonomi merupakan masalah yang sering muncul, karena saat ini sumber daya dalam memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas semakin berkurang.
Permasalahan Ekonomi Mikro di Indonesia Pada Masa Pandemic ini
Di sini saya akan membahas beberapa permasalahan ekonomi mikro, yaitu kelangkaan minyak goreng, kenaikan harga BBM dan naiknya harga bahan pangan yang saat ini menjadi perdebatan di masyarakat.
Jika permasalahan ekonomi makro memiliki jangkauan lebih luas dan sangat kompleks. Maka pada permasalahan ekonomi mikro pun juga memiliki tingkat masalah yang juga kompleks. Hanya saja sifat kekomplekan masalah untuk tingkat nasional.
Berikut beberapa permasalahan permasalahan Ekonomi Mikro di Indonesia pada masa pandemic ini :
1. Kelangkaan Minyak Goreng
Langkanya minyak goreng di Indonesia terjadi karena kenaikan harga minyak dunia, yaitu Crude Palm Oil. Peristiwa ini mengakibatkan pemasok minyak goreng lebih memilih menjual minyaknya ke luar negeri daripada ke dalam negeri. Hal itulah yang membuat harga minyak goreng di Indonesia juga menjadi tinggi. Semula dibandrol dengan harga Rp 15.000 per liter, sekarang bisa menjadi dua sampai tiga kali lipat dari harga sebelumnya.
Pada tanggal 22 April 2022, harga minyak goreng mengalami penurunan. Hal tersebut karena Presiden Joko Widodo melarang para pemasok minyak untuk melakukan ekspor minyak goreng ke luar negeri. Namun pada tanggal 23 Mei 2022 Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa "Ekspor minyak sawit (Crude Palm Oil) akan dibuka kembali.
Alasan dibuka kembali ekspor minyak sawit ke luar negeri adalah agar nantinya para petani minyak sawit bisa kembali bekerja seperti semula dan ekonomi bisa tumbuh kembali menjadi lebih baik." Meskipun larangan ekspor minyak sawit telah dicabut, pasokan minyak goreng ke dalam negeri terus bertambah. Sebelumnya, pasokan minyak goreng di Indonesia hanya sebanyak 64,5 ribu ton per bulan. Namun saat in pasokan minyak goreng di Indonesia menjadi 211 ribu ton per bulan.
Langkanya minyak goreng juga mengakibatkan program B30 buatan pemerintah direncanakan mengalami perubahan. Program B30 atau Biodiesel 30% adalah kebijakan yang berisi tentang pengurangan bahan bakar minyak impor yang mewajibkan pencampuran antara 30% biodiesel dan 70% bahan bakar solar. Direncanakan pencampurannya hanya 20-25% biodiesel.
2. Kenaikan bahan Bakar Minyak (BBM)
Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) sering terjadi setiap tahun di Indonesia. Pada tahun 2022 harga BBM Pertamax naik, yang awalnya Rp 9.000 sampai dengan Rp 9.400 per liter, menjadi sebesar Rp 12.500 sampai Rp 13.500 per liter. Harga minyak mentah dunia hampir tiga bulan ini masih tetap di level US$100 per barel. Kenaikan harga minyak mentah ini akan berdampak ke Indonesia, sehingga APBN Indonesia mengalami kenaikan. Peristiwa tersebut menyebabkan PT Pertamina pada bulan April lalu menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax.
3. Kenaikan Harga Bahan Pangan
Tidak hanya harga minyak goreng saja yang mengalami kenaikan, harga bahan pangan di pasar juga mengalami kenaikan. Harga bahan pangan mengalami kenaikan drastis pada saat bulan Ramadhan. Diketahui harga bahan pangan yang mengalami kenaikan yaitu bawang merah, bawang putih, cabai, daging sapi, daging ayam, telur ayam, serta tepung terigu. Pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, banyak bahan pokok yang mengalami kenaikan harga. Harga daging sapi naik Rp 10.000 yang awalnya seharga Rp 140.000 per kg, menjadi Rp 150.000 per kg. Harga daging ayam naik Rp 5.000 yang awalnya seharga Rp 35.000 per kg menjadi Rp 40.000 per kg.
Selain itu, harga bawang merah juga naik drastis, dengan kenaikan harga sebesar Rp 14.000 per kg, yang semula seharga Rp 36.000 per kg, menjadi seharga Rp 50.000 per kg. Lalu harga bawang putih juga naik sebesar Rp 5.000, yang awalnya sebesar Rp 40.000 per kg menjadi Rp45.000,00 per kg. Harga cabai juga naik drastis sebesar Rp 10.000 yang awalnya Rp 40.000 per kg menjadi Rp 50.000 per kg.
Diketahui bahwa harga tepung terigu juga mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000 yang awalnya Rp 14.000 per kg menjadi sebesar Rp 15.000 per kg. Disusul telur ayam yang juga mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000 yang awalnya Rp 25.000 per kg menjadi sebesar Rp 26.000 per kg.
Kenaikan bahan pangan ini terjadi karena semakin tinggi permintaan di pasar. Di lain pihak semakin berkurang produksi bahan pangan dan sumber daya yang dimiliki. Pemerintah diharapkan dapat menstabilkan harga kebutuhan pokok masyarakat, karena permasalahan ekonomi mikro juga tidak kalah penting dengan permasalahan ekonomi makro.
Ditulis Oleh: Nazela Pertiwi (Mahasiswi STEI SEBI)